IND | ENG
Studi: Tujuh Faktor Ini Dapat Tingkatkan Efisiensi Bisnis

Ilustrasi | Foto : Istimewah

Studi: Tujuh Faktor Ini Dapat Tingkatkan Efisiensi Bisnis
Eman Sulaeman Diposting : Kamis, 25 Juli 2019 - 22:30 WIB

Jakarta,Cyberthreat.id - Penelitian terbaru dari Oracle dan WHU - Otto Beisheim School of Management, menunjukkan efisiensi bisnis meningkat sebesar dua pertiga, ketika teknologi yang tepat diimplementasikan bersama tujuh faktor utama.

Menurut penelitian, banyak organisasi telah berinvestasi dalam teknologi yang tepat, tetapi kurang memiliki budaya, keterampilan atau perilaku yang diperlukan untuk benar-benar menuai manfaatnya.

Studi ini juga menemukan efisiensi bisnis hanya meningkat seperlima, ketika teknologi diimplementasikan tanpa tujuh faktor yang diidentifikasi.

Tujuh faktor utama tersebut, adalah, pengambilan keputusan berbasis data, fleksibilitas dan berani melakukan perubahan, budaya wirausaha, visi digital bersama, pemikiran dan pertanyaan kritis, budaya belajar dan komunikasi terbuka, dan kolaborasi.

“Kemampuan beradaptasi dan kelincahan sangat penting bagi organisasi, jika mereka ingin maju dalam persaingan dan menawarkan proposisi memimpin pasar,” kata Wilhelm Frost, dari Departemen Organisasi Industri dan Mikroekonomi di WHU - Otto Beisheim School of Management melalui siaran pers, Kamis, (25 Juli 2019).

“Menjadi adaptif, berarti dukungan yang lebih baik bagi pelanggan. Dan ini penting untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi itu juga merupakan faktor penting dalam perusahaan mana pun yang menarik dan mempertahankan karyawan dengan keterampilan untuk mendorong mereka maju. Perusahaan yang tidak siap dengan berbagai perubahan tidak akan mampu bersaing untuk mendapatkan keterampilan di pasar digital saat ini,” tambah Frost.

Berbeda dari hasil survey global, di mana 30% dari Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyatakan keprihatinannya pada kemampuan organisasi mereka untuk bersaing bagi para pekerjanya, Direktur SDM di Indonesia yakin akan kemampuan mereka untuk menarik bakat. Hanya 14% menyatakan keprihatinan atas kemampuan mereka untuk bersaing untuk generasi bakat berikutnya.

“Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia mungkin sudah mulai beradaptasi dan berinovasi,” ujar Frost.

Penelitian ini juga menunjukkan, sepertiga dari pemimpin bisnis di dunia berpikir bahwa mereka saat ini beroperasi dengan cara yang kurang menarik untuk bersaing menarik mencari bakat.-bakat baru. Ini  terjadi pada lebih dari setengah pemimpin bisnis seperti di India, Brasil dan Chili.

Sementara itu, perlu dicatat bahwa keamanan pekerjaan tetap menjadi perhatian utama. Mengambil tempat teratas adalah Chili, dengan 36% responden khawatir tentang keamanan peran mereka. India mengikuti dengan hampir 35% dan Thailand pada 34%. Hampir 30% responden dari Indonesia menyatakan keprihatinan yang sama tentang keamanan kerja.

“Tujuh faktor yang ditunjukkan dalam penelitian ini juga merupakan soft skill yang diperlukan untuk merealisasikan manfaat sebenarnya dari teknologi apa pun dan menjadikan bisnis yang mudah beradaptasi dalam perekonomian masa depan,” ungkap Iman Muhammad, Kepala Aplikasi, Oracle Indonesia.

Penelitian ini melibatkan 850 Direktur SDM serta 5.600 karyawan, di mana sekitar 300 karyawan dan 50 Direktur SDM dari Indonesia berpartisipasi dalam survei. Penelitian ini berfokus pada cara organisasi dapat beradaptasi untuk keunggulan kompetitif di era digital.

Studi ini menunjukkan bahwa untuk mencapai efisiensi bisnis sangat penting untuk menjadi organisasi yang gesit yang dapat mengimbangi perubahan, sebanyak 42% bisnis melaporkan peningkatan keseluruhan dalam kinerja organisasi setelah efisiensi bisnis tercapai.

#efisiensibisnis   #tujuhfaktor   #penelitian   #oracle   #produktifitasbisnis   #SDM

Share:




BACA JUGA
RI - Jepang Tempa SDM Industri Kompeten Bidang Digital
BSSN Dorong Perempuan Indonesia Berkarier di Dunia Keamanan Siber
Badan Penelitian Spanyol Jadi Korban Serangan Ransomware
Pemerintah Akan Terapkan Indikator Literasi Digital di Indonesia
Mempersiapkan SDM Pertahanan Siber di Ibu Kota Baru