
Ilustrasi | Foto: unsplash
Ilustrasi | Foto: unsplash
Cyberthreat.id – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendukung penuh para perempuan Indonesia untuk mengambil peluang karier di dunia keamanan siber.
"Perempuan diharapkan mampu melindungi aset digitalnya secara mandiri kemudian memiliki minat untuk memilih karir di bidang keamanan siber dan mampu menjadi pemimpin di bidang ini," ucap Direktur Keamanan Siber dan Sandi Negara, Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata BSSN Dr. Edit Prima dalam diskusi “Menutup Kesenjangan Gender Digital” memperingati Hari Ibu 2022, di Jakarta, Rabu (30 November 2022).
Data Kementerian Ketenagakerjaan, kata dia, menunjukkan jumlah tenaga kerja di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) nasional pada 2021 sekitar 1 juta orang.
“Dan, diperkirakan kebutuhan akan bertambah setiap tahun hingga mencapai 1,97 juta orang di tahun 2025,” ujarnya dikutip dari Antaranews.com.
Peluang tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk laki-laki, tapi juga bagi perempuan sebagai 56,6 persen pengguna internet Indonesia.
Edit mengatakan, perempuan juga bisa ikut menjaga keamanan ruang siber dengan meningkatkan literasi budaya digital dan keamanan siber di keluarga, agar terhindar dari serangan siber yang bersifat teknis seperti pencurian data dan fishing.
"Salah satu contoh, membuat password yang kuat, menggantinya secara berkala, serta berhati-hati untuk tidak sembarangan membaginya kepada orang lain. Lalu, untuk tidak sembarangan mengklik link atau tautan yang tidak jelas," ucapnya.
Selain risiko serangan siber secara teknis, serangan siber juga bisa bersifat sosial seperti propaganda hitam dan hoaks.
Edit mengatakan upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko ini adalah dengan memilah informasi yang diterima serta tidak serta-merta membagikan informasi tanpa memeriksa sumbernya agar tidak tercipta perpecahan persatuan.
Berdasarkan monitoring BSSN, lebih dari 893 juta anomali risiko kejahatan siber dalam kurun waktu Januari hingga November 2022. Oleh karena itu butuh upaya adaptif dan inovatif untuk menjaga ruang siber Indonesia.[]
Share: