
illustrasi
illustrasi
Cyberthreat.id - Kepala Eksekutif TikTok Shou Zi Chew mengakui bahwa karyawan yang berbasis di China dapat memiliki akses data dari pengguna TikTok di Amerika Serikat.
Dikutip dari Reuters, meski dapat mengakses data pengguna, namun Chew mengklaim bahwa data-data pribadi tersebut tidak akan dibagikan ke pemerintah China. Selain itu, mereka juga memiliki tingkat kontrol keamanan yang ketat untuk melindungi data pribadi pengguna.
Tidak hanya itu saja, Chew juga menyebutkan bahwa mereka saat ini sedang mengerjakan kesepakatan akhir dengan Administrasi Biden yang akan sepenuhnya melindungi data pengguna dan kepentingan keamanan nasional AS.
“Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan dalam surat 27 Juni oleh beberapa senator termasuk Partai Republik Marsha Blackburn dan Ted Cruz,” kata Chew.
Kepada para senator dalam surat itu bahwa aplikasi video pendek bekerja dengan Oracle Corp (ORCL.N) pada kontrol keamanan data canggih baru yang diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu dekat.
Bulan lalu, TikTok mengatakan telah menyelesaikan migrasi informasi pengguna AS ke server di Oracle tetapi masih menggunakan pusat data AS dan Singapura untuk cadangan. Pihaknya juga akan menghapus data pengguna AS dari sistem Tiktok sendiri dan sepenuhnya berporos ke server cloud Oracle yang berlokasi di AS.
“Kami mengakui bahwa yang tunduk pada serangkaian kontrol keamanan siber yang kuat dan protokol persetujuan otorisasi yang diawasi oleh tim keamanan kami yang berbasis di AS,” kata Chew.
Sebelumnya, Senator Blackburn dari Tennessee,mengatakan TikTok seharusnya berterus terang sejak awal tetapi malah mencoba menutupi pekerjaan mereka secara rahasia. Ia bilang, TikTok perlu kembali dan bersaksi di depan Kongres.
Surat TikTok datang hampir dua tahun setelah panel keamanan nasional AS memerintahkan ByteDance untuk mendivestasikan TikTok karena kekhawatiran bahwa data pengguna AS dapat diteruskan ke pemerintah China.
Perintah itu tidak diberlakukan setelah Joe Biden menggantikan Donald Trump sebagai presiden AS tahun lalu. Panel, yang dikenal sebagai Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), masih melakukan tinjauan keamanan nasional perusahaan, menurut surat itu.
"Kami tahu kami adalah salah satu platform yang paling diteliti dari sudut pandang keamanan dan kami bertujuan untuk menghilangkan keraguan tentang keamanan data pengguna AS," kata surat itu.
TikTok telah mengatakan di masa lalu bahwa karyawan di China memiliki akses data ke data pengguna AS. Dalam posting blog 2020 Roland Cloutier, kepala petugas keamanan informasi TikTok, mengatakan tujuan perusahaan adalah meminimalkan akses data lintas wilayah sehingga, misalnya, karyawan di wilayah APAC, termasuk China, akan memiliki akses yang sangat minim ke data pengguna dari UE dan AS.
Share: