
Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers penangkapan 48 warga China dan Taiwan, Sabtu (13 November 2021)
Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers penangkapan 48 warga China dan Taiwan, Sabtu (13 November 2021)
Cyberthreat.id - Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Jakarta menangkap 48 warga negara China dan Vietnam dalam kasus penipuan dan pemerasan melalui aplikasi kencan online.
Meskipun beroperasi dari Indonesia, menurut polisi, mereka menargetkan warga China dan Taiwan sebagai korbannya.
"Sementara korban berada di China dan Taiwan. Tapi tidak menutup kemungkinan ada korban di Indonesia," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal Yusri Yunus dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Sabtu, (13 November 2021).
Yusri mengatakan, mereka ditangkap pada 12 November malam. Dari 48 orang itu, 44 diantaranya laki-laki, dan 4 perempuan. Mereka ditangkap di tiga lokasi: Jalan Cengkeh, Mangga Besar, dan Komplek Mediterania Jakarta Barat.
Penyelidikan kasus ini, kata Yusri, dimulai setelah Polda Metro Jaya mendapat informasi dari Kepolisian Taiwan bahwa ada kelompok pelaku penipuan dan pemerasan yang beroperasi di Indonesia.
Menurut Yusri, para pelaku telah menjalankan aksinya sejak Agustus 2021.
Dari para tersangka, polisi menyita sejumlah barang bukti berupa laptop, ratusan telepon seluler, komputer, serta uang rupiah dan yen.
Polisi menjerat para pelaku dengan Pasal 30 juncto Pasal 48 dan atau Pasal 28 ayat 1 juncto Pasal 45 ayat 1 dan atau Pasal 35 juncto Pasal 51 ayat 1 UU Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan atas UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Polisi mempelihatkan print out tangkapan layar percakapan di aplikasi kencan
Modus Operandi Pemerasan di Aplikasi Kencan
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Auliansyah Lubis mengatakan para tersangka menjerat korbannya lewat aplikasi kencan khusus untuk warga China atau disebut Chinese Dating.
Menurut Auliansyah, setelah berkenalan dengan korban di aplikasi, mereka lantas menjalin komunikasi intens.
Pelaku kemudian mengajak korban untuk melakukan aktivitas seksual via aplikasi percakapan, seperti WeChat dan Line.
"Seperti membuka baju, memperlihatkan kemaluan, dan sebagainya," kata Auliansyah.
Pelaku merekam saat dirinya dengan korban melakukan aktivitas itu. Rekaman itu kemudian digunakan untuk memeras korban.
"Apabila korban tidak memberikan uang ke pelaku, mereka akan menyebarkan rekaman bugil korban," kata Auliansyah.
Para korban yang mayoritas berada di Taiwan kemudian melapor ke kepolisian setempat. Perwakilan polisi Taiwan di Indonesia, Letnan Kolonel Tom, meneruskan informasi itu ke Polda Metro Jaya hingga berujung penangkapan para tersangka.
Auliansyah juga mengungkapkan pihaknya belum dapat menggali informasi lebih dalam dari para tersangka lantaran penyidik terkendala komunikasi karena tak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris dengan lancar.
Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham DKI Jakarta Saffar Muhammad Godam mengatakan para pelaku WNA Cina dan Vietnam itu untuk sementara akan diamankan di rumah detensi.
"Sambil menunggu koordinasi lebih lanjut dan menyelidiki kemungkinan pelannggaran keimigrasian," kata Saffar.[]
Share: