Cyberthreat.id – Facebook Inc mengumumkan pekan lalu nama baru untuk induk perusahaan yaitu Meta Platforrms Inc. Perubahan nama ini untuk menandai perusahaan fokus pada “metaverse” yang dianggap akan menjadi penerus internet seluler ke depan.
Apa itu “metaverse”? Ini istilah yang yang mengacu pada dunia virtual bersama; pengguna dapat mengakses dunia ini secara bersama-sama melalui perangkat berbeda-beda dan di mana saja melalui internet.
Jadi, seolah-olah di ruang virtual itu semua pengguna hidup nyata dengan dibantu peralatan virtual reality (VR) atau augmented reality (AR).
Namun, dikutip dari Reuters, sebagian orang mengartikan “metaverse” sebagai dunia game, di mana pengguna memiliki karakter yang dapat berjalan-jalan dan berinteraksi dengan pemain lain. Ada pula “metaverse” untuk dunia teknologi blockchain yang dipakai untuk membeli tanah dan aset virtual memakai cryptocurrency.
Saat ini, orang berinteraksi satu sama lain secara online dengan mengunjungi situs web seperti platform media sosial atau menggunakan aplikasi perpesanan. Ide dari “metaverse” adalah bahwa ini akan menciptakan ruang online baru di mana interaksi orang bisa lebih multi-dimensi, di mana pengguna dapat membenamkan diri dalam konten digital daripada hanya melihatnya.
Minat terhadap isu ini meningkat seiring pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat beralih cepat ke dunia internet; semakin banyak orang mulai bekerja dan pergi ke sekolah secara daring.
CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan pada Juli lalu bahwa perusahaan akan mencoba untuk beralih dari perusahaan media sosial ke perusahaan “metaverse” dalam lima tahun ke depan atau lebih.
Namun, jauh sebelum Zuckerberg mengenalkan konsep itu, sejumlah perusahaan teknologi lain telah mengenalkan produk teknologi untuk dunia “metaverse”.
Selain Facebook, berikut ini sejumlah perusahaan teknologi yang konsen terhadap pengembangan “metaverse”, dikutip dari Reuters, diakses Selasa (2 November 2021).
- ROBLOX – Platform video game Roblox Corporation yang telah go public tahun ini menggambarkan “metaverse” sebagai tempat orang-orang dapat berkumpul bersama dalam jutaan pengalaman 3D untuk belajar, bekerja, bermain, berkreasi, dan bersosialisasi.
- MICROSOFT – CEO Microsoft Corp Satya Nadella beberapa waktu lalu saat mengumumkan pendapatan perusahaan tahun ini mengatakan bahwa perusahaan sedang fokus membangun “metaverse” karena dunia digital dan fisik mulai berdampingan. Microsoft yang memiliki platform game Xbox dan game Minecraft bakal diplot sebagai pemain kunci.
- NVIDIA – Produsen chip komputer, Nvidia Corp membangun platform Omniverse-nya untuk menghubungkan dunia 3D ke alam semesta virtual bersama. Platform “metaverse”-nya bakal dipakai untuk simulasi proyek konstruksi dan pabrik.
- UNITY – Unity Software Inc yang mengembangkan perangkat lunak untuk merancang video game juga menyiapkan alat atau teknologi untuk dipakai dalam “metaverse”.
- SNAP – Snapchat yang dimiliki Snap Inc telah lama membuat avatar khusus dan filter berbasis augmented reality (AR). Tahun ini perusahaan merilis kacamata AR pertama yang tersedia bagi pengembang untuk bereksperimen dengan menciptakan pengalaman virtual.
- AUTODESK – Perusahaan perangkat lunak cloud Autodesk juga membuat program untuk arsitek dan insinyur yang bisa dipakai untuk merancang dan membuat bangunan dan produk. Perangkat lunaknya disiapkan untuk membangun dunia virtual di game dan hiburan.
- TENCENT – Perusahaan game terkemuka dunia asal China, Tencent Holdings juga mulai mendaftarkan sejumlah merek dagangnya terkait “metaverse” untuk situs web sosialnya, QQ.
- EPIC GAMES – Produsen game online, salah satunya Fortnite, juga mulai mendorong “metaverse”. Epic juga memiliki mesin game besar, Unreal, yang digunakan untuk mengembangkan game dan efek visual lain, seperti latar acara TV.
- AMAZON – Raksasa e-niaga Amazon.com Inc, juga vendor layanan cloud terbesar di dunia, juga dipandang sebagai pemain potensial di “metaverse”. Namun, belum jelas apakah perusahaan sudah mulai menyiapkan dunia virtual ini seperti lainnya—belum ada pernyataan secara publik.[]