
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. | Foto: Maritim.go.id
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. | Foto: Maritim.go.id
Cyberthreat.id – Selama empat tahun ke depan (2021-2024), pemerintah mengalokasikan anggaran belanja produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lokal atau dalam negeri sebesar Rp17 triliun, khusus di bidang pendidikan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, belanja pemerintah untuk produk TIK lokal di bidang pendidikan masih sangat rendah.
“Kami mau sebanyak mungkin, secara bertahap, itu (produknya) kita buat di dalam negeri,” ujar Luhut dalam jumpa pers daring, Kamis (22 Juli 2021) dikutip dari Antaranews.com.
Pada anggaran 2021, total Kebutuhan Kemendikbudristek dan pemerintah daerah yaitu sebanyak 431.730 laptop dengan nilai Rp3,7 triliun. Rincian dari alokasi ini, antara lain 189.165 unit melalui APBN 2021 dengan anggaran Rp1,3 triliun dan 242.565 unit melalui Dana Alokasi Khusus fisik pendidikan sebesar Rp2,4 triliun.
"Saat ini telah dilakukan penandatanganan kontrak atas penggunaan PDN senilai Rp1,1 triliun," katanya.
Luhut menuturkan, saat ini terdapat enam produsen laptop dalam negeri dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 25 persen dan telah dapat memenuhi kebutuhan pengadaan Kemendikbud Ristek dan pemda ada 2021.
Tercatat, kesiapan produksi laptop dalam negeri sebesar 351.000 unit ada September 2021 dan total sebanyak 718.100 unit pada November 2021.
Lebih lanjut, pemerintah juga telah memetakan kebutuhan produk TIK untuk tahun anggaran 2021-2024. Misalnya, kebutuhan laptop hingga 2024 mencapai 1,3 juta unit, access point mencapai 99 ribu unit, hingga LCD proyektor yang mencapai 99 ribu unit.
"Kita berharap makin banyak nanti yang diproduksi di dalam negeri … dan nanti kita akan bikin aturan lagi supaya sebanyak mungkin digunakan. Dan kita akan batasi impor-impor dari luar," katanya.
"Ini (belanja produk dalam negeri) kita betul-betul dorong. Jadi tidak boleh kita mengimpor-impor padahal kita bisa produksi sendiri. Jadi harus dibasmi orang-orang yang masih bermain di sini," tutur Luhut.
Selain itu, pemerintah juga akan berupaya mempersiapkan kemampuan riset dalam negeri untuk meningkatkan kandungan TKDN agar dapat memproduksi laptop Merah Putih mulai dari desain hingga pengembangannya.
Laptop merah putih
Luhut juga mewacanakan produksi laptop dalam negeri—yang disebutnya sebagai “laptop merah putih”—dengan merek Dikti Edu. Pembuatan laptop ini bakal menggandeng produsen lokal, salah satunya, PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk, yang sudah lama dikenal dengan produk laptop lokal.
Ia juga mengatakan, laptop dan tablet lokal sebetulnya sudah ada yang diproduksi hasil kerja sama dengan kampus-kampus ternama seperti ITB, ITS, dan UGM; mereka bekerja sama dengan industri TIK membentuk konsorsium.
“Dengan jumlah pembelian mencapai Rp17 triliun selama beberapa tahun, saya kira sudah dibanguni industri sendiri,” ujar Luhut dikutip dari CNBC Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016-2020 mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun dengan kurs Rp14.000.
Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95 persen dan 5 persen untuk produk laptop dalam negeri.[]
Share: