
Ilustrasi TikTok
Ilustrasi TikTok
Cyberthreat.id - Salah satu keunggulan TikTok hingga bisa bersaing secara global dengan platform lain terletak pada teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang dipakai. Facebook dan Instagram bahkan belakangan mulai membuat fitur-fitur yang terindikasi meniru TikTok. Terbaru, bos Instagram, Adam Mosseri, bahkan mengakui aplikasinya perlu beradaptasi untuk bersaing dengan TikTok.
Kabar terbarunya, seperti dilaporkan Financial Times baru-baru ini, ByteDance selaku induk perusahaan TikTok, mulai menjual teknologi AI mereka ke perusahaan lain (tampaknya lewat sistem berlangganan). Penjualannya dilakukan lewat divisi baru bernama BytePlus.
Di situs webnya, Byteplus memajang daftar kliennya. Salah satunya adalah perusahaan Chilibeli asal Indonesia. Ini adalah aplikasi untuk berbelanja produk segar seperti buah-buahan dan sayuran berbasis komunitas.
Selain Chilibeli, perusahaan lain yang sudah menggunakan teknologi kecerdasan buatan dari Byteplus adalah aplikasi Goat dari Amerika, situs perjalanan Singapura WeGo, dan platform game sosial GamesApp yang berbasis di India.
Algoritma rekomendasi TikTok adalah bagian besar dari apa yang membuatnya begitu populer. Algoritma ini bekerja berdasarkan cara penggunanya berinteraksi. Dari data itu, aplikasi kemudian menyuguhkan video rekomendasi yang kemungkinan besar akan disukai oleh penggunanya.
Video yang direkomendasikan (di TikTok disebut 'For You') didasarkan pada interaksi pengguna termasuk video mana yang Anda suka atau buat, bagikan komentar; informasi video, seperti keterangan dan tagar; dan pengaturan perangkat dan akun termasuk perangkat apa yang Anda gunakan, preferensi bahasa Anda, dan pengaturan lokasi Anda.
Menurut Financial Times, BytePlus menawarkan kepada perusahaan lain kesempatan untuk mengakses algoritma rekomendasi, dan mempersonalisasikannya untuk aplikasi dan pelanggan mereka. BytePlus juga menawarkan terjemahan ucapan dan teks otomatis dan efek video real-time serta alat analisis data.
Selama satu setengah tahun terakhir, ByteDance dan TikTok termasuk di antara perusahaan yang berbasis di China yang ditekan habis-habisan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Salah satunya, Trump mengancam akan memblokir TikTok, kecuali ByteDance bersedia menjualnya kepada perusahaan Amerika. Sempat terjadi negosiasi, rencana penjualan itu tak terwujud. Joe Biden yang menggantikan Trump, bulan lalu mencabut larangan itu, namun tetap memantau ketat TikTok yang penggunanya di Amerika saja melampaui angka 100 juta pada tahun lalu.[]
Share: