IND | ENG
30 Ribu Warga AS Terkena SMS Phishing, Polda Jatim: Tersangka Curi Rp837 Miliar Bantuan Covid-19

irektur Reskrimsus Polda Jatim Kombes Farman (kiri) dan salah satu tersangka (kanan). | Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id dari Kompas TV/Tenri Gobel

30 Ribu Warga AS Terkena SMS Phishing, Polda Jatim: Tersangka Curi Rp837 Miliar Bantuan Covid-19
Tenri Gobel Diposting : Jumat, 16 April 2021 - 10:07 WIB

Cyberthreat.id - Polda Jatim menangkap dua tersangka pencurian data pribadi warga Amerika Serikat berbekal situs web pemerintah AS yang dipalsukan.

Dengan data curiannya tersebut, tersangka Shofiansyah Fahrur Rozi (SFR) dan Michael Zeboth Melki Sedek Boas Purnomo.(MZMSBP) mengajukan bantuan Covid-19 dan menerima sebesar US$60 juta.

MZMSBP berperan membuat situs web palsu dan SFR tugasnya mengirim SMS blast ke nomor ponsel warga negara AS.

Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta, mengatakan dua tersangka mencuri sebanyak 30 ribu data warga AS dari 14 situs web palsu yang dibuat, salah satunya atas nama Departemen Employment of Security Illinois (IDES).


Berita Terkait:


Pencurian bermula dari penyebaran SMS phishing kepada nomor telepon warga AS. SMS tersebut mengarahkan agar penerima pesan mengklik tautan situs web palsu dan mengisi data pribadi.

"SMS ini disebar menggunakan software atau SMS blast. Setelah diterima orang-orang ada yang tertipu dan ada yang tidak. Yang tertipu membuka tautan situs web dan mengisi data-datanya," kata Nico dikutip dari Tribratanews Polda Jatim, diakses Jumat (16 April 2021).

Situs web Departemen Employment of Security Illinois (IDES) yang dipalsukan oleh tersangka. Foto: Tangkapan layar Cyberthreat.id dari KompasTV.

Nico menuturkan ada 27 juta nomor telepon warga AS yang menerima SMS phishing, tetapi sebanyak 30 ribu orang terjebak penipuan yang terjadi antara Mei 2020 hingga Maret 2021.

Data 30 ribu warga AS yang tersebar di 14 negara bagian AS itu kemudian dimanfaatkan oleh tersangka untuk mendapatkan bantuan pandemi Covid-19 dari pemerintah AS.

Diketahui bantuan yang diberikan pemerintah AS sebesar US$2.000. Dari ribuan data itu, kedua tersangka mendapatkan keuntungan sebesar US$60 juta (Rp837 miliar).

"Ini orang-orang yang kena tipu mengisi data bantuan Covid-19, apabila sesuai mendapat US$2.000 yang seharusnya diterima oleh korban, tapi justru ke tersangka," kata Nico.

Kerja sama dengan FBI

Pengungkapan kasus tersebut merupakan kerja sama antara Polda Jatim dan Mabes Polri dengan Biro Investigasi Federal (FBI) AS.

"Ini pertama kali kita mengungkap kejahatan antarnegara dalam Covid-19. Kami bekerja sama dengan kepolisian AS akan menindaklanjuti sehingga konstruksi hukum dapat berjalan tuntas," ujar Nico.

Sementara, Direktur Reskrimsus Polda Jatim Kombes Farman, dikutip dari Kompas TV, mengatakan, uang bantuan Covid-19 yang didapat tersangka dialihkan ke rekan kedua tersangka, warga India, yang saat ini berstatus buron.

Farman mengatakan dalam aksi penipuan tersebut SFR mendapat US$30 ribu per bulan, dikutup dari Kompas TV.

Menurut Farman, kedua tersangka tidak memiliki latar belakang pendidikan formal teknologi informasi. SFR mengaku bisa menguasai dunia TI secara autodidak, sedangkan MZMSBP hanya lulusan salah satu SMK di Jawa Timur.

Polda Jatim menyita sejumlah barang bukti, antara lain laptop, handphone hingga beberapa kartu ATM milik pelaku.

 Atas perbuatan tersangka melanggar pasal 35 Jo Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP dan Pasal 32 ayat (2) Jo Pasal 48 ayat (2) UU ITE Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#covid-19   #amerikaserikat   #smsphishing   #situswebpalsu   #scampage   #poldajatim   #FBI   #mabespolri

Share:




BACA JUGA
Tren Meningkatnya Serangan Ransomware Ganda
BlackTech, Grup Hacker China Targetkan Perusahaan AS dan Jepang
China Tuduh Amerika Lakukan Spionase Siber Selama Satu Dekade Terhadap Server Huawei
Pemerintah China Hantam iPhone, Demi Huawei Mate60 Pro?
Gedung Putih Panggil Sejumlah CEO Perusahaan Teknologi, Bahas Isu Kecerdasan Buatan