
Ilustrasi | Foto: Unsplash
Ilustrasi | Foto: Unsplash
Cyberthreat.id – Di tingkat pasar global, Indonesia menyumbang sekitar dua persen produksi aplikasi seluler. Capaian ini membuat Indonesia menempati urutan keempat di dunia, setelah Amerika Serikat, India, dan Brasil.
Hal tersebut terlihat dari hasil kajian perusahaan peritel ponsel asal Inggris, Carphone Warehouse yang mengumpulkan data antara Desember 2020 hingga Januari 2021.
Hasil kajian tersebut didasarkan dari data-data yang disediakan oleh 42matters, Business of Apps, SimplyWeb, Applyzer, dan SimForm.
Carphone Warehouse hanya menampilkan 10 negara antara lain AS, India, Brasil, Indonesia, Jerman, Inggris, Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan Prancis.
Meski bukan negara teratas pembuat aplikasi di dunia, Indonesia merupakan salah satu pasar aplikasi seluler dengan pertumbuhan cepat di dunia, kata Carphone di situs webnya yang diakses Rabu (17 Maret 2021).
Carphone menyebutkan bahwa pengguna Indonesia suka menghabiskan waktu dengan aplikasi selama 6 jam per hari, tertinggi dibandingkan negara lainnya yang di bawah 5 jam.
Sebagai gambaran, lama waktu penggunaan ponsel di AS hanay 3 jam/hari, India dan Brasil 4,8 jam/hari, dan Jerman menjadi negara paling sedikit memakai ponsel yaitu 2,4 jam/hari. (Lihat grafik)
Dalam laporannya, Indonesia disebutkan membuat sekitar 45.450 aplikasi pada 2020. Jumlah uang yang dihabiskan pengguna untuk aplikasi mencapai US$480 juta (Rp6,9 triliun).
Untuk aplikasi berbasis di Indonesia paling atas diduduki oleh aplikasi streaming film, WeTV.
Jumlah rata-rata unduhan aplikasi sbanyak 60.110 per aplikasi selama 2020. Sementara, lama waktu yang dihabiskan pengguna Indonesia saat menggunakan aplikasi sekitar 127 miliar jam dengan jumlah aplikasi yang dipakai sekitar 2.732.000 aplikasi.
Di Indonesia, 12 persen aplikasi yang diinstal oleh pengguna adalah game.
Untuk kategori game, Jepang sebagai negara terbanyak mengunduh dengan 27 persen. Kemudian, diikuti oleh Korea selatan sebanyak 25 persen, lalu Inggris dan Rusia masing-masing 22 persen serta negara lainnya di bawah 20 persen.
Dari laporan itu disebutkan, bahwa kebanyakan aplikasi yang dipakai oleh pengguna Indonesia 58 persen mengandung iklan. Jumlah ini tertinggi dibandingkan sembilan negara lainnya yang di bawah 46 persen.
Untuk fitur pembayaran dalam aplikasi, Indonesia dan Brasil paling kecil hanya 3 persen.
Carphone menuturkan AS merupakan negara pembuat terbanyak aplikasi dibandingkan negara lainnya, yakni 174.630 (6 persen) diikuti oleh India sebanyak 135.720 (5 persen), barulah urutan ketiga dan empat dengan perolehan persen yang sama yakni 2 persen, Brasil 56.220 dan Indonesia 45.450.
"Tidak mengherankan jika Silicon Valley memproduksi lebih banyak aplikasi daripada negara lain," kata Carphone.
Sementara, negara yang menghasilkan uang terbanyak dari aplikasi juga dari AS yakni sebesar US$32,63 miliar (Rp470 triliun).[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: