
Editor Cyberthreat.id, Zulfikar Akbar | Foto: Tangkapan layar dari Kompas TV
Editor Cyberthreat.id, Zulfikar Akbar | Foto: Tangkapan layar dari Kompas TV
Cyberthreat.id – Para pendengung di media sosial atau sering disebut buzzer tidak melulu tentang politik. Editor Cyberthreat.id, Zulfikar Akbar, menegaskan hal itu di acara Kata Netizen bertajuk "Lagi-lagi Buzzer" di Kompas TV, Kamis (18/ Februari 2021) pukul 22.30 WIB.
Menurut Zulfikar, ada ketidakjelasan dalam memahami tren buzzer saat ini. Jika ada orang yang mendukung pemerintah, sering dianggap sebagai buzzer, sedangkan yang menentang dianggap bukan sebagai buzzer.
"Juga, ketika bicara soal tertibkan buzzer. Semestinya tidak hanya satu pihak saja yang ditertibkan, sementara yang lain (tidak perlu ditertibkan)," katanya saat menyoroti pernyataan Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS, yang juga tampil di acara tersebut.
Menurut Zulfikar, keriuhan soal buzzer tidak akan selesai jika masing-masing pihak hanya saling tuding. Situasi akan menjadi ruwet jika stereotipe yang terbangun bahwa “buzzer selalu negatif.”
"Buzzer itu sendiri asalnya netral saja. Dia tidak serta-merta negatif. Banyak juga kegiatan buzzer yang bisa digunakan untuk hal-hal positif, semisal untuk keperluan UMKM," katanya.
Ia berharap persoalan buzzer ingin diubah menjadi positif, figur-figur yang punya pengaruh seperti influencer bisa menampilkan contoh. Dengan begitu, masyarakat bisa mengubah tren di media sosial menjadi lebih positif.
Apalagi, kata dia, sekarang pengguna internet sudah mencapai angka 202 juta pengguna. Pengguna media sosial tidak kurang dari 170 juta pengguna.
"Internet sudah seperti jalan raya, terlalu ramai. Bisa ada kekacauan, keriuhan, namun semua kembali kepada kita," katanya.
"Artinya, bagaimana kita membangun mindset di tengah keniscayaan itu. Sekarang, pengguna smartphone mencapai 98,2 persen dari populasi penduduk Indonesia. Jadi, sekarang bagaimana kita pengguna smartphone tidak kalah 'smart' dibandingkan smartphone di tangan."
Fadjroel Rachman, juru bicara presiden, juga mengiyakan ajakan Zulfikar. "Saya sependapat dengan Pak Zulfikar. Bahwa sekarang, intinya, bagaimana kita membangun kewarasan dalam bermedia sosial," Fadjroel menegaskan.[]
Share: