
TikTok Cash. | Foto: Kumparan/Bianda Ludwianto
TikTok Cash. | Foto: Kumparan/Bianda Ludwianto
Cyberthreat.id – Satgas Waspada Investasi akan memanggil pengembang TikTok Cash pekan depan terkait praktik aplikasinya yang menjanjikan uang bagi penggunanya yang menonton video TikTok.
Hasil analisis SWI menunjukkan, TikTok Cash melakukan kegiatan memberikan hadiah (reward) kepada anggotanya yang follow, like dan menonton video.
Hanya saja untuk mendapatkan hadiah itu, para anggotanya membayar biaya disesuaikan paketan atau level keanggotaan.
Di situs webnya disebutkan level keanggotaan terbagi atas: “magang”, “pekerja sementara”, “karyawan”, “pemimpin grup”, “pengawas”, dan “pengelola”. Biaya dipatok mulai Rp 89.000 hingga Rp 5 juta.
Untuk menambah jaringan anggota, TikTok Cash menyediakan kode referral. Anggota yang mengajak orang lain bergabung melalui kode tersebut akan menerima bonus.
"Kegiatan ini diduga ilegal karena bisnis utamanya menjual keanggotaan yang mirip dengan skema money game," kata Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L. Tobing ketika dihubungi Cyberthreat.id, Kamis (11 Februari 2021).
Sekedar informasi, money game merupakan bisnis penggandaan uang dengan cara menyetorkan sejumlah uang untuk mendapatkan imbal hasil yang sangat tinggi.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ciri-ciri skema money game, antara lain tidak ada produk yang dijual walaupun ada maka dijual dengan harga yang tidak sesuai atau kemahalan, bonus aktif diperoleh dari perekrutan, dan bonus pasif diperoleh berdasarkan persentase nilai investasi yang ditanamkan.
Selain itu, ciri-ciri lainnya yaitu jumlah pembayaran (pay out) hasil bonus keuntungan tidak masuk akal, boleh memiliki lebih dari satu akun (bergabung berkali-kali), dan serta perusahaan tidak memiliki izin yang sesuai (Surat Izin Penjualan Langsung atau SIUPL).
Sejauh ini, kata Tongam, SWI belum menerima laporan kerugian terkait masyarakat yang telah ditipu oleh TikTok Cash. Meski begitu, untuk menghindari kerugian masyarakat yang lebih besar, SWI sudah meminta Kementerian Kominfo memblokir situs web dan media sosialnya.
Pemblokiran terhadap situs web tiktokecash.com dilakukan sejak Rabu (10 Februari), sedangkan untuk akun medsosnya masih dalam proses pemblokiran.
Akan tetapi, pada Rabu petang, tampaknya pemblokiran situs webnya hanya berlaku pada pengguna operator Telkomsel dan IndiHome.
Sejak kemarin hingga berita ini ditulis pada pukul 12.00, Kamis (11 Februari), Cyberthreat.id masih bisa mengakses situs web tersebut melalui penydia layanan internet Oxygen dan operator seluler Indosat. Sebelumnya, Juru Bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi mengatakan untuk pemblokiran "biasanya butuh beberapa jam".
Pada Rabu siang, situs webnya sempat memunculkan pengumuman bahwa Perusahaan Pusat TikTok Cash Asia Pasifik akan mengambil jalur hukum atas apa yang terjadi di Indonesia. TikTok Cash menuding ada yang mencoba menyerang server platformnya dan melaporkan pihaknya kepada pihak berwajib serta menyebarkan berita palsu terkait bisnisnya. (Baca: Kominfo Tutup TikTok Cash, Pengembang Sempat Tuding Ada Penyebar Hoaks)
Namun, pengumuman tersebut menghilang pada sorenya. Lalu, pada Kamis siang, pengembang membuat pengumuman baru. TikTok Cash mengatakan akan mengungkapkan data penggunanya kepada lembaga pemerintah untuk membuktikan bahwa operasi platformnya di Indonesia adalah legal dan aman.
"Pada saat yang sama, untuk melindungi informasi pribadi semua, kami akan menghapus semua data untuk memastikan keamanan informasi dan dana Anda," tulis TikTok Cash saat diakses sekitar pukul 12:36 WIB.
TikTok Cash juga meminta penggunanya untuk masuk ke akun mereka dan meningkatkan level keanggotaan ke “karyawan” untuk mengaktifkan akun. Untuk ke level “karyawan”, pengguna harus membayar sebesar Rp 500.000.
Pengembang memberi tenggat waktu Kamis malam hingga pukul 23.59 WIB. "Setelah waktu tersebut akun yang tidak aktif dianggap melepaskan hak untuk mengaktifkan akun tersebut secara otomatis," tulisnya.
Sementara, TikTok mengaku tidak berafiliasi dengan TikTok Cash dan menghimbau penggunanya agar berhati-hati pada tawaran seperti itu.
"Baru-baru ini, kami mengetahui bahwa ada situs web yang menggunakan nama TikTok dan meminta uang dari pengguna. Situs web ini sama sekali tidak terafiliasi dengan TikTok. Kami tidak akan dan tidak pernah meminta uang dari Anda," kata Pimpinan Komunikasi TikTok Indonesia, Catherine Siswoyo, dikutip dari Antaranews.com.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: