IND | ENG
Perlukah Anda Pindah ke Signal dan Telegram? Tak Perlu Buru-buru, Ada Baiknya Pertimbangkan Tiga Hal Ini

Signal, Telegram, dan WhatsApp | Foto: businesstoday.in

Perlukah Anda Pindah ke Signal dan Telegram? Tak Perlu Buru-buru, Ada Baiknya Pertimbangkan Tiga Hal Ini
Andi Nugroho Diposting : Senin, 18 Januari 2021 - 12:27 WIB

Cyberthreat.id – Setelah dikritik besar-besaran dari penggunanya di seluruh dunia, WhatsApp Inc, akhirnya menunda penerapan kebijakan privasi terbaru pada aplikasi pesan daringnya.

Awalnya, anak perusahaan Facebook Inc itu akan memberlakukan kebijakan privasinya pada 8 Februari 2021, lalu diundur hingga 15 Mei.


Berita Terkait:


Kritik utama pengguna adalah keputusan WhatsApp membagikan metadata pengguna layanan ke Facebook dan grup perusahaan lainnya.

Alasan WhatsApp seperti itu lantaran untuk memonetisasi layanan. Seperti halnya, YouTube yang kini sudah bisa berdiri sendiri dari Google karena mendapatkan iklan.

Sayangnya, penyampaian WhatsApp kepada pelanggan kurang dipahami secara mudah. Padahal, pelanggan akun bisnis dan layanan pembayaran, WhatsApp Pay, yang paling terpengaruh. Soal keamanan data, WhatsApp mengklaim tidak akan mengubah sama sekali. (Baca:.Kebijakan Privasi Baru Dikritik, WhatsApp Buka Suara: Dari Pesan Terenkripsi End-to-End hingga Tak Ambil Kontak Pengguna)

WhatsApp terlambat untuk mengklarifikasi tujuan pengumpulan metadatanya. Gelombang eksodus pun tak terhentikan. Sejak dua pekan terakhir ini, banyak pengguna WhatsApp beralih ke pesaingnya, seperti Signal dan Telegram. Ledakan pengguna juga membuat Signal harus menambah server. (Baca: Sempat Down karena Lonjakan Pengguna, Layanan Signal Kembali Normal)

Keputusan eksodus tersebut bisa dimaklumi dan barangkali juga bersifat emosional semata. Namun, jika memang Anda ingin bermigrasi, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan, seperti dikutip dari Forbes, diakses Senin (18 Januari 2021).

  • Apakah Anda benar-benar lebih aman di Signal atau Telegram?

WhatsApp mempopulerkan enkripsi end-to-end, di mana hanya pengirim dan penerima pesan yang dapat membaca isinya, dan itu layak mendapat pujian besar.

Teknologi E2E ini pula yang kemudian membuat repot penegak hukum dan meminta perusahaan teknologi untuk membuat “pintu belakang” agar penyidik bisa memantaunya—jawaban perusahaan tentu saja menolak karena “pintu belakang” mengingkari komitmen mereka kepada pengguna..

Baik WhatsApp maupun Signal memakai protokol enkripsi E2E, bahkan WhatsApp memakai enkripsinya Signal. Bedanya, Signal sepenuhnya open source, yang berarti kerentanannya dapat diperiksa oleh peneliti keamanan luar, WhatsApp menggunakan penerapan miliknya sendiri.

Kelemahan keamanan utama WhatsApp adalah opsi cadangan awannya, yang menyimpan riwayat obrolan Anda, tidak ada enkripsi E2E di Google Cloud atau Apple. Sementara, Signal tidak menawarkan opsi seperti itu.

Telegram sangat berbeda. Ironisnya, pengguna yang pindah dari WhatsApp ke Telegram justru melakukan langkah mundur dari sudut pandang keamanan.

Justr,Telegram tidak menawarkan enkripsi E2E secara default. Ada opsi "obrolan rahasia", di mana satu pengguna dapat mengirim pesan kepada pengguna lain menggunakan enkripsi E2E, tetapi enkripsi ini tidak berlaku untuk grup.


Baca


Dengan begitu, sulit untuk merekomendasikan Telegram dari sudut pandang keamanan murni. Secara teknis, Telegram dapat mengakses pesan Anda yang disimpan di server-nya, yang dicadangkan ke cloud-nya, dan yang memegang kuncinya.

MTProto, protokol enkripsi yang digunakan oleh Telegram, adalah hak milik dan hanya sebagian dari open source.

Jika keamanan menjadi perhatian Anda, Signal adalah terbaik daripada WhatsApp.

Signal dikritik karena penggunaan nomor telepon sebagai ID utamanya, meski perusahaan mengklaim tidak mengumpulkan data apa pun yang terkait dengan nomor tersebut.

Signal juga dikritik karena memberi tahu pengguna ketika salah satu kontak ponsel mereka bergabung. Untuk masalah ini, ada alternatif aplikasi lain yang lebih aman seperti Threema, yang tidak memerlukan nomor telepon sehingga sepenuhnya anonim. Tapi, jangan harap pengguna Threema bisa dijumpai di daftar kontak ponsel Anda.

  • Siapa di belakang Signal dan Telegram?

Telegram dikelola dan didanai oleh miliarder asal Rusia Pavel Durov bersama kakaknya Nikolay Durov dan beroperasi dari lokasi yang dirahasiakan. Pada tahun-tahun awal, Telegram dipakai untuk para aktivis dan kritikus pemerintah. Lambat laun, para teroris juga memakainya. Mereka sama-sama ingin menjaga komunikasi mereka dari jangkauan pihak berwenang.

Terlepas dari kurangnya enkripsi E2E secara defaul, Telegram mengklaim mengakses pesan/konten pengguna butuh kunci “dari yurisdiksi negara yang berbeda” untuk mencegah upaya penegakan hukum mengakses konten. Ini sebetulnya konsep yang baik dari filosofi asli di balik Telegram.

Sementara, Signal didirikan oleh seorang peneliti keamanan yang menggunakan nama Moxie Marlinspike untuk profil publiknya. Hingga 2018, platform ini cukup khusus dan hanya orang-orang di bidang keamanan siber yang memakainya.

Namun, Brian Acton, salah satu pendiri WhatsApp, meninggalkan Facebook dan menyalurkan uang pribadinya sebesar US$ 50 juta ke Signal untuk membantu menjadikannya arus utama.

Sebelum keterlibatan Acton, Signal tak menarik untuk digunakan. Namun sekarang semuanya telah berubah, antarmuka pengguna dan fiturnya menyaingi WhatsApp, hingga panggilan grup dan stiker.

Perlu diketahui, Telegram sejauh ini adalah milik pribadi Durov bersaudara, tapi ada rencana penawaran publik (IPO) untuk terus mendanai pertumbuhannya, sedangkan Signal beroperasi sebagai yayasan nirlaba.

Kedua platform sekarang menghadapi pertanyaan tentang bagaimana mereka akan mendanai pertumbuhan mereka yang semakin cepat? Menjalankan messenger global dengan puluhan juta pengguna (Signal) atau ratusan juta pengguna (Telegram) tidaklah murah. Saat ini, pendanaan berasal dari miliarder platform dan donasi, tetapi tidak jelas apakah itu akan sejalan dengan pertumbuhan?

Telegram telah cukup terbuka tentang tantangan tersebut dan berencana membebankan biaya kepada pengguna untuk layanan premium serta potensi IPO.

Sementara, The Signal Foundation didanai oleh donasi dan investasi dari Brian Acton. Tidak jelas apa yang akan terjadi jika pertumbuhannya terus meningkat, apakah donasi tersebut akan cukup?

  • Apakah Signal dan Telegram benar-benar lebih baik?

Iya dan tidak. Dan, memang tidak diragukan lagi bahwa fokus Facebook pada pengumpulan dan pemrosesan data WhatsApp bertentangan dengan prinsip pesan pribadi yang aman.

Tampaknya, sudah jelas bahwa arah perjalanan WhatsApp sekarang menuju layanan komersial, belanja, dan pembayaran.

Lebih mengkhawatirkan lagi, rencana jangka panjang Facebook juga menyerukan integrasi akhir dari platform dasar WhatsApp dengan Facebook Messenger dan Instagram — ini bukanlah kabar baik bagi pengguna WhatsApp yang selama ini tak mendapati iklan sama sekali di layanan.

WhatsApp juga memiliki kelemahan fungsionalitas berkelanjutan. Kurangnya pilihan multi-perangkat asli menjadi yang utama. Baik Telegram dan Signal menawarkan opsi yang jauh lebih baik daripada WhatsApp, dengan dukungan untuk aplikasi iPad dan desktop lengkap.

Di sisi lain, platform pesan daring basis utamanya adalah pengguna. Ini selalu menjadi tantangan Signal meski saat ini mereka telah mendapat pengguna melimpah.

Namun, untuk saat ini, selain iMessage Apple yang terbatas untuk penggunanya sendiri, hanya Telegram yang benar-benar bersaing dengan WhatsApp berdasarkan basis pengguna, dengan sekitar 500 juta pengguna aktif.

Status nonprofit dari Signal masih menjadi “kemenangan” bila dibandingkan dengan teknologi besar, yang secara efektif saat ini sebagai perusahaan penambang data ".

“Sangat penting untuk menekankan bahwa keamanan WhatsApp baik-baik saja, Anda tidak perlu keluar dari platform,” tulis Forbes.

“Jangan berhenti menggunakannya sampai Anda sangat yakin ingin pindah dan ke mana. Tidak ada alasan untuk terburu-buru ke #DeleteWhatsApp.”

Itulah wawasan tentang posisi kita sekarang. Luangkan waktu Anda, jangan terburu-buru mengubah platform atau memindahkan pesan atau menghapus aplikasi apa pun. Tidak ada materi yang berubah. Ada baiknya untuk mencoba alternatif, dan kemudian memutuskan mana yang tepat untuk Anda sebelum Anda melakukan sesuatu yang lebih drastis.[]

#telegram   #whatsapp   #enkripsiend-to-end   #perlindungandatapribadi   #mediasosial   #signal

Share:




BACA JUGA
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Meta Digugat, Dinilai Tak Mampu Lindungi Anak dari Predator Seksual
Meta Luncurkan Enkripsi End-to-End Default untuk Chats dan Calls di Messenger
Lindungi Percakapan Sensitif, WhatsApp Luncurkan Fitur Secret Code
Gunakan Bot Telekopye Telegram, Penjahat Siber Membuat Phishing Scams Skala Besar