IND | ENG
Bos Tesla Sarankan Pengguna WhatsApp Beralih ke Signal  Bikinan Eks Bos WhatsApp

Aplikasi Signal

Bos Tesla Sarankan Pengguna WhatsApp Beralih ke Signal Bikinan Eks Bos WhatsApp
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Jumat, 08 Januari 2021 - 22:09 WIB

Cyberthreat.id - Bos mobil listrik Tesla Elon Musk mengajak pengguna WhatsApp beralih ke aplikasi Signal setelah WhatsApp memaksa pengguna menyetujui datanya dibagikan untuk bisnis Facebook.

Dikutip dari Bussines Insider Elon Musk, melalui akun Twitter-nya @elonmusk pada 7 Januari 2021 menulis "Use Signal (pakai Signal)."  

Signal sendiri adalah aplikasi perpesanan yang mengutamakan privasi. Salah satu dedengkotnya adalah Brian Acton, pendiri WhatsApp yang memilih meninggalkan perusahaan itu setelah menjualnya ke Facebook. Kabarnya, Acton angkat kaki dari WhatsApp lantaran tidak setuju dengan rencana Mark Zuckerberg memonetisasi WhatsApp. Pada 2018, bersama Moxie Marlinspike, Acton mendirikan Signal Technology Foundation dengan misi untuk "membangun teknologi yang mengutamakann privasi berbasis sumber terbuka (open source untuk melindungi kebebasan berekspresi dan sarana komunikasi yang aman secara global."

Salah satu pengguna Signal adalah Edward Snowden, mantan kontraktor National Security Agency NSA) Amerika Serikat yang mengungkap program mata-mata yang dilakukan AS.

Signal dikenal memiliki kelebihan dalam hal keamanan dan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki aplikasi lain. Mulai dari enkripsi end to end, kecepatan pengiriman pesan, dikembangkan oleh organisasi nirlaba independen.

Tak hanya Elon Musk, Editor TechCrunch, Mike Butcher, mengungkapkan alternatif aplikasi lain yang bisa digunakan pengguna adalah Signal dan Telegram. Dua aplikasi ini dianggap mengutamakan melindungi privasi pengguna.

"WhatsApp akan membagikan informasi pribadi penggunanya, termasuk nomor telepon, alamat IP, kontak, & lainnya dengan Facebook mulai 8 Februari, menurut S&K baru. Tidak ada pilihan untuk keluar. Satu-satunya cara untuk menolak adalah meninggalkan layanan & pindah ke layanan seperti Signal atau Telegram," ungkap Butcher melalui aku Twitter-nya @mikebutcher, Kamis (7 Januari 2020).

Butcher juga membagikan perbandingan data yang dikumpulkan WhatsApp versus apa yang dikumpulkan oleh Signal dan Telegram melalui postingannya tersebut. Dalam twit tersebut terungkap Signal dan Telegram hanya meminta informasi mengenai kontak di ponsel pengguna. Sementara Whatsapp dan Facebook meminta banyak sekali data: mulai dari lokasi, pembayaran, kontak, diagnostik ponsel, informasi keuangan, Media pengguna, penggunaan data, dan informasi pribadi lainnya.

"Saya harus menambahkan bahwa Signal adalah standar emas untuk privasi," tambah Butcher.

Juru Bicara Whatsapp kepada  Ars Technica mengatakan, perubahan kebijakan privasi baru itu memungkinkan bisnis menyimpan obrolan WhatsApp menggunakan infrastruktur Facebook yang lebih luas. Namun tidak dijelaskan mengapa platform tersebut memutuskan menerapkan kebijakan itu. Selain itu, perubahan kebijakan ini tidak akan mempengaruhi pengguna di wilayan Eropa termasuk Inggris.

Uni Eropa memiliki undang-undang perlindungan data pribadi (PDP) yang begitu kuat yaitu Regulasi Umum Perlindungan Data (GDPR). Itu sebabnya, aturan terbaru WhatsApp tak bisa diterapkan di sana.

Facebook membeli WhatsApp pada 2014, dan pada 2016 memberi pengguna kesempata untuk memilih tidak berbagi data aplikasi dengan Facebook. Perubahan kebijakan di Whatsapp ini membuat dua pendiri WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum meninggalkan perusahaan pada tahun 2017 dan 2018. Acton dengan berat hati menerima keputusan hadirnya iklan di Whatsapp dan meminta pengguna untuk menghapus Facebook. Koum sendiri mengatakan dia meninggalkan WhatsApp karena berselisih dengan manajemen mengenai pendekatan perusahaan terhadap privasi pengguna di WhatsApp.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

 

#signal   #whatsapp   #elonmusk   #privasi   #datapribadi   #whatsappbagidatakefacebook

Share:




BACA JUGA
Pemerintah Dorong Industri Pusat Data Indonesia Go Global
Google Penuhi Gugatan Privasi Rp77,6 Triliun Atas Pelacakan Pengguna dalam Icognito Mode
Serahkan Anugerah KIP, Wapres Soroti Kebocoran Data dan Pemerataan Layanan
Bawaslu Minta KPU Segera Klarifikasi Kebocoran Data, Kominfo Ingatkan Wajib Lapor 3x24 Jam
Meta Luncurkan Enkripsi End-to-End Default untuk Chats dan Calls di Messenger