IND | ENG
Peretas Membajak Perangkat Rumah Pintar untuk Mengerjai Petugas

Ilustrasi petugas layanan darurat | Foto: SlashGear

Peretas Membajak Perangkat Rumah Pintar untuk Mengerjai Petugas
Tenri Gobel Diposting : Rabu, 30 Desember 2020 - 23:30 WIB

Cyberthreat.id - Biro Investigasi Federal (FBI) memperingatkan adanya pembajakan perangkat pintar pengawasan rumah yang kemudian dimanfaatkan dalam serangan swatting. Para pengguna perangkat pengawasan rumah pintar diminta aktifkan fitur pengamanan berlapis.

Hal itu diperingatkan Biro Investigasi Federal (FBI) pada Selasa 29 Desember 2020. Swatting ini, kata FBI, istilah yang digunakan untuk menggambarkan panggilan tipuan yang dilakukan ke layanan darurat. Dengan kata lain, ada orang lain yang melaporkan sesuatu ke layanan darurat yang nyatanya laporan bohong atau semacam prank.

Para pelaku swatting ini membuat tim penegak hukum mengunjungi rumah korban yang perangkat rumahnya pintarnya telah dibajak.

"Saat penegak hukum menanggapi kediaman tersebut, pelaku menonton rekaman siaran langsung dan terlibat dengan polisi yang merespons melalui kamera dan speaker," kata FBI.

Tak hanya menonton siaran langsung ketika tim penegak hukum tertipu atas laporan palsu yang dibuat peretas ini, video itupun juga diunggah atau disiarkan secara langsung di platform komunitas online bersama.

FBI mengatakan para peretas ini kemungkinan menargetkan pelanggan yang menggunakan kembali kata sandi email mereka untuk perangkat pintar mereka. Email dan kata sandinya diduga didapatkan dari hasil curian, yang kemudian digunakan untuk masuk ke perangkat pintar itu dan membajak fitur termasuk kamera streaming siaran langsung dan speaker perangkat.

Setelah berhasil membajak perangkat pintar milik korban, barulah kemudian peretas itu memulai prank-nya dengan menghubungi layanan darurat dan melaporkan keadaan darurat palsu. Petugas yang mengira laporan itu benar, langsung merespon dengan mendatangi rumah korban. Nyatanya, setiba di sana, tidak ada kejadian apa pun.

FBI mengatakan peretas ini menggunakan teknologi spoofing untuk menganonimkan nomor telepon mereka agar nomor teleponnya tampak berasal dari nomor telepon korban.

Menurut FBI, aksi swatting ini biasanya dimotivasi oleh aksi balas dendam, digunakan sebagai bentuk pelecehan serta lelucon. Aksi ini pun, lanjut FBI, mengakibatkan konsekuensi kesehatan atau kekerasan, hingga menarik sumber daya yang terbatas ketika memang benar ada laporan dalam keadaan darurat.

Untuk mengatasi kasus peretasan ditambah serangan swatting ini, FBI mengklaim telah memberitahu para produsen perangkat pintar agar memberitahu konsumennya terkait modus pembajakan ini serta cara menghindari agar tidak menjadi korban. FBI juga mengatakan pihaknya telah memberitahu penegak hukum terkait modus swatting baru ini.

Karena adanya peretasan terhadap perangkat pintar itu, FBI juga memperingatkan agar pengguna perangkat rumah pintar dengan kamera atau kemampuan suara untuk mempraktikkan kebersihan siber yang baik seperti menggunakan kata sandi yang kuat dan kompleks untuk akun onlinenya, dan tidak menggunakan kata sandi yang sama di berbagai akun yang berbeda. Selain itu, disarankan juga memperbaharui kata sandi secara berkala.

Selain itu, FBI juga memperingatkan agar mengaktifkan autentikasi dua faktor untuk akun online dan di semua perangkat yang dapat diakses melalui internet.

Dikutip dari BleepingComputer, FBI pertama kali memperingatkan fenomena swatting ini sejak 2008, meski kejadian ini sudah jauh lebih awal dari tahun itu. Pada tahun 2009, seorang pelaku swatting mendapatkan hukuman 11 tahun penjara federal. Pada 2017, pelaku swatting inipun menyebabkan satu orang ditembak mati, pelaku itu pun mengaku bersalah dan menjalani hukuman 20 hingga 25 tahun penjara federal. []

Editor: Yuswardi A. Suud

#swatting   #rumahpintar   #hacker   #keamanansiber

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata