IND | ENG
AS Serang Bisnis China: Jangan Pakai Perangkat dan Layanan Digitalnya, Rentan Backdoor!

Ilustrasi | Foto: freepik.com

AS Serang Bisnis China: Jangan Pakai Perangkat dan Layanan Digitalnya, Rentan Backdoor!
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Rabu, 23 Desember 2020 - 13:22 WIB

Cyberthreat.id – Amerika Serikat menerbitkan peringatan agar perusahaan-perusahaan setempat tidak memakai perangkat keras dan layanan digital yang dibuat atau terkoneksi dengan perusahaan China.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) mengatakan, produk-produk China bisa berisi pintu belakang (backdoor), bugdoors, atau teknis pengumpulan data tersembunyi.

Dengan teknik itu, menurut DHS, data-data yang dicuri bisa dipakai otoritas China lalu dibagikan kepada perusahaan lokal guna memajukan ekonomi China, demikian imbauan tertulis seperti dikutip dari ZDNet, diakses Rabu (23 Desember 2020).

Semua perangkat dan layanan yang terkoneksi dari jarak jauh dengan perusahaan China harus dianggap sebagai risiko keamanan siber dan bisnis, kata DHS.

DHS berpendapat bahwa Undang-Undang Keamanan Nasional China mengizinkan pemerintah untuk memaksa perusahaan dan warga lokal mana pun untuk mengubah produk serta terlibat dalam spionase atau pencurian kekayaan intelektual.

DHS menggambarkan praktik ini sebagai "pencurian data yang disponsori pemerintah Republik Rakyat China."

Dalam siaran persnya tersebut, DHS mengatakan, pencurian di China terkadang dapat terjadi tidak hanya melalui kemitraan bisnis dan ancaman orang dalam tetapi juga melalui peralatan pintu belakang dan layanan digital.

Setiap orang atau entitas yang memilih untuk mendapatkan layanan data dan peralatan dari perusahaan yang terkait dengan RRC, atau menyimpan data pada perangkat lunak atau peralatan yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut, harus menyadari ekonomi, reputasi, dan, dalam kasus tertentu, hukum, risiko yang terkait dengan berbisnis dengan perusahaan-perusahaan ini, kata DHS.

"Sudah terlalu lama, jaringan dan data AS terpapar ancaman dunia maya yang berbasis di China, di mana mereka menggunakan data tersebut untuk memberi perusahaan China keunggulan kompetitif di pasar global," kata Pejabat sementara Departemen Keamanan Dalam Negeri Chad F. Wolf.

"Kami mendesak bisnis untuk berhati-hati sebelum membuat perjanjian dengan perusahaan terkait RRC."

Dalam pidato terpisah pada Senin kemarin, Wolf juga menggambarkan China sebagai "bahaya yang jelas dan sekarang" bagi demokrasi AS.

Di bawah pemerintahan Trump, AS bersitegang dengan China, terakhir terkait peretasan SolarWinds. Trump menuding tanpa bukti bahwa aktor peretasan adalah China.

Dalam wawancara Juli 2020 dengan Fox News, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa setengah dari hampir 5.000 kasus kontra intelijen FBI terkait dengan pencurian teknologi AS oleh China.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#china   #amerikaserikat   #internet   #jaringan5g   #teknologiinformasi   #ancamansiber   #serangansiber   #keamanansiber

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade