
Ilustrasi | Foto: Cyberthreat.id/Faisal Hafis
Ilustrasi | Foto: Cyberthreat.id/Faisal Hafis
Cyberthreat.id – Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan, mengatakan tingkat kematangan (maturitas) keamanan siber menjadi tolok ukur melindungi ekosistem ekonomi digital.
Oleh karenanya, kata Anton, penting untuk memperbanyak pelatihan keamanan siber. Pelatihan tak harus bertatap muka, apalagi selama pandemi ini bisa saja diadakan secara daring.
Terpenting, pelatihan dan pedoman keamanan itu disesuaikan dengan risiko keamanan dari masing-masing sektor mulai level startup, UMKM hingga perusahaan dengan nilai valuasi US$ 10 miliar atau dikenal sebagai “decacorn”.
"Setiap tingkatan ini memiliki perbedaan penanganan, sesuai dengan keamanan risiko mereka," kata Anton acara sedaring bertajuk “Strategi Keamanan Siber dan Pertumbuhan Ekonomi Digital”, Selasa (22 Desember 2020).
"Kami dorong mereka memahami langkah mitigasi serangan siber, serta melatih mengomunikasikan insiden siber ke pengguna atau masyarakat dan regulator," ia menambahkan.
Dalam memproteksi ekosistem ekonomi digital, kata Anton, harus dilakukan secara kolaborasi mengingat rentang ruang siber sangat luas. BSSN pun menggandeng sejumlah pihak untuk mengontrol ruang siber, seperti Otoritas Jasa Keuangan digandeng untuk memantau sektor fintech, Kementerian Kominfo untuk bisnis rintisan (startup) teknologi, dan lain-lain.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BSSN, Hinsa Siburian, mendorong pelaku UMKM untuk menggunakan Pedoman Penilaian Mandiri Keamanan Informasi (PAMAN KAMI) untuk melindungi usahanya dari serangan siber yang saat ini mulai menyasar sektor UMKM.
Menurut dia, ekonomi digital ini memiliki potensi ancaman berupa kejahatan siber yang dapat menghambat keberlangsungan serta menimbulkan kerugian bagi pelaku ekonomi digital dan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, keamanan siber pada sektor ekonomi digital harus ditingkatkan, kata Hinsa.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: