
Pengamat digital banking, Bambang Setiawan | Cyberthreat.id/Oktarina
Pengamat digital banking, Bambang Setiawan | Cyberthreat.id/Oktarina
Cyberthreat.id - Untuk meningkatkan personalisasi layanan keuangan, perbankan diminta memanfaatkan kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI) dengan mengutamakan keamanan data.
Pengamat digital banking, Bambang Setiawan, mengatakan, di era digitalisasi ini menggunakan AI menjadi keharusan bagi pihak bank untuk menciptakan layanan personal banking. Namun ia mengingatkan ada tantangan berupa keamanan dan perlindungan data pengguna layanan perbankan yang harus menjadi perhatian pihak perbankan.
"Untuk menciptakan personal banking yang sesuai dengan keinginan pengguna, diperlukan dukungan dari AI dengan tetap memperhatikan keamanan data," ungkap Bambang dalam webinar 'Indonesia Digital Ecomony 7 Business Outlook 2020', Senin (21 Desember 2020).
Menurut Bambang, bank dapat menggunakan teknologi AI untuk memperbaiki costumer experience (pengalaman pelanggan), seperti memikirkan bagaimana membangun layanan yang berdasarkan kebutuhan pelanggan, yang simple, mudah dan memuaskan pelanggan.
Menggunakan bigdata dan AI, kata Bambang, akan memperkuat pengalaman personal banking pengguna.
"AI akan meningkatkan revenue personalisasi nasabah dan juga karyawan, serta memberikan efisiensi teknologi, dan memberi pemetaan yang sesuai dengan data yang telah dikumpulkan," ujarnya.
Bambang mengingatkan, dalam menggunakan AI dan data pengguna, pihak perbankan harus memastikan keamanan dan memberikan perlindungan terhadap data nasabah. Seperti diketahui, data merupakan entitas yang penting bagi perbankan karena berkaitan dengan kepercayaan nasabah. Di sisi lain, bank juga harus menjaga data nasabah agar tidak dicuri untuk disalahgunakan oleh pihak lain.
Bambang juga menyebutkan, penggunaan AI untuk memperkuat personalisasi layanan keuangan, akan menjadi tren di tahun 2021, dengan semakin banyaknya bank yang menggunakan AI, Machine Learning, Cloud, dan juga Robot untuk meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabahnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan beberapa tren digital bank pada tahun 2021 mendatang, seperti;
- Meningkatnya digitalisasi pada sektor perbankan
Peningkatan ini akan ditandai dengan terjadinya ledakan yang luar biasa pada transaksi keuangan digital, ini juga didukung dengan munculnya 5G yang mendukung konektivitas, kemudian layanan keuangan digital akan bersaing dalam kecepatan, keakuratan, dan keamanan konektifitasnya.
Selain digital banking, pada tahun 2021 diprediksi akan terjadi peningkatakan pada penggunaan fintech, transaksi ecommerce, dan penggunaan QRIS dalam transaksi oleh UMKM.
- Meningkatkan customer experience dengan digitalisasi menjadi lahan persaingan
Seperti yang diketahui tidak mudah bagi pihak bank untuk bertansformasi dari konvensional banking ke digital banking. Terlebih digital banking ini harus memiliki stronger customer expreience untuk memenangkan persaingan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kenyamanan, keamanan, kecepatan, keakuratan, dan efisiensi
- Open API mengarahkan ke open banking
Pada 2025 akan ada tren yang ditakuti oleh banyak bank yaitu open API banking. Di Indonesia sendiri BI telah mengeluarkan blueprint sistem pembayaran indonesia yang mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi keuangan digital melalui open banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan. Serta menjamin interlink antara fintech dan perbankan untuk menghindari risiko shadow banking melalui pengaturan teknologi digital seperti API, kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan.
Sebagai langkah awal, BI telah menyusun Open API dan Interlink bank dengan fintech bagi penyelenggara jasa sistem pembayaran. Untuk menjalankan ini, harus dipastikan keamanan dan regulasi yang melindungi nasabahnya memenuhi standar.
- Restrukturisasi tenaga kerja perbankan
Digital banking juga mengubah tenaga kerja di sektor perbankan, dimana selama 24 jam mereka harus bisa melayani para nasabahnya. Pekerja bank harus memiliki skill digital dan mampu melayani kesulitan para nasabahnya.
- Munculnya neo bank dan bank penantang di lanskap perbankan Indonesia
Tantangan lain di tahun 2021 adalah munculnya neo bank, atau bank penantang
- Tekanan yang lebih besar pada manajemen risiko digital
Risiko ini terbagi menjadi tiga, yaitu cyber risk, di mana keterbukaan akses dan peningkatan pengguna menimbulkan inherent cyber risk diantara pihak yang terhubung
Kemudian, reputational risk yang berkaitan dengan kebocoran data, malpraktik atau penyalahgunaan data nasabah dapat memunculkan risiko operasional. Ketidakpatuhan terhadap rezim APU/PPT khususnya pada mitra bank dapat memunculkan risiko reputasional.
Terakhir, operational risk yang memiliki ketergantungan yang sangat tinggi kepada teknologi dan penyedia aplikasi/teknologi/koneksi/jaringan mengekspos pihak-pihak yang terhubung kepada risiko operasional. Hal ini juga dipicu dari perilaku kejahatan perbankan yang harus terus ditingkatkan penanganannya.[]
Share: