IND | ENG
Jaksa AS Tuntut Eksekutif Zoom di China karena Sensor Peringatan Peristiwa Berdarah

Foto: Zoom.us

Jaksa AS Tuntut Eksekutif Zoom di China karena Sensor Peringatan Peristiwa Berdarah
Yuswardi A. Suud Diposting : Sabtu, 19 Desember 2020 - 15:17 WIB

Cyberthreat.id - Seorang eksekutif di perusahaan telekonferensi Zoom yang bekerja China didakwa oleh jaksa federal Amerika Serikat dengan tuduhan berkonspirasi untuk menyensor dan mengganggu konferensi video untuk memperingati tragedi berdarah di Lapangan Tiananmen 4 Juni 1089.

Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (19 Desember 2020), jaksa federal di Brooklyn, New York, mengatakan Xinjiang Jin, 39 tahun, adalah penghubung utama antara "perusahaan telekomunikasi yang berbasis di California" dengan penegak hukum dan badan intelijen China. Meskipun jaksa tidak langsung menyebut Zoom, namun pihak perusahaan pada hari Jumat telah mengonfirmasi yang dimaksud addalah Zoom.

Laporan New York Times menyebutkan, Jin dituduh bekerja sama dengan orang lain untuk login dan bergabung dalam video meeting itu dengan nama samaran dan menggunakan gambar profil yang terkait dengan terorisme atau pornografi anak. Setelah itu, Jin punya alasan untuk melaporkan pertemuan itu melanggar persyaratan layanan.

Setidaknya empat pertemuan untuk memperingati pembantaian tahun ini - sebagian besar dihadiri oleh pengguna yang berbasis di AS - dihentikan sebagai akibat dari tindakan Jin, menurut jaksa.

Jin belum ditangkap dan berada di China, yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat.

Catatan Cyberthreat.id, kasus yang dimaksud terjadi pada 31 Mei 2020. Ketika itu, sekelompok aktivis asal China dari berbagai negara bergabung  dalam meeting virtual menggunakan Zoom utuk memperingati insiden Tiananmen. Ini merujuk pada peristiwa tahun 1989 ketika terjadi demonstrasi besar-besaran antara 15 April hingga 4 Juni 1989. Pemerintah Beijing mengerahkan kekuatan militer untuk meredam aksi. Laman Wikipedia menyebut, para pengunjuk rasa mengklaim lebih dari 7.000 orang terbunuh, sementara Palang Merah Tiongkok mengatakan 2.600 orang menjadi korban.

Setelah pertemuan online itu, Zoom sendiri telah mengonfirmasi menutup akun sejumlah aktivis China yang tinggal di Amerika. Namun, belakangan akunnya diaktifkan kembali. (Baca: Peringati Insiden Berdarah, Zoom Bekukan Akun Aktivis China yang Berbasis di Amerika)

Seorang juru bicara Zoom mengatakan pada hari Jumat, seperti dikutip New York Times,  bahwa Jin melanggar kebijakannya dengan mencoba menghindari kontrol internal. Jin telah dipecat, dan karyawan Zoom lainnya diberhentikan sementara sembari menunggu selesainya penyelidikan internal.

Dalam pernyataan yang panjang, perusahaan mengatakan sejak itu menyediakan enkripsi ujung ke ujung untuk semua pengguna dan membatasi akses bagi karyawan yang berbasis di China ke jaringan global Zoom.

Perusahaan ini berkantor pusat di San Jose, California, dan memiliki ratusan karyawan di China.

Seth DuCharme, penjabat pengacara negara AS di Brooklyn, yang kantornya menangani kasus tersebut, mengatakan tuduhan itu mengungkap kerentanan keamanan perusahaan teknologi Amerika yang terlibat dalam "kesepakatan Faustian" yang beroperasi di China.

Kantor pengacara AS di Brooklyn secara khusus aktif membawa kasus-kasus yang membuat marah pemerintah China, termasuk kasus kriminal terhadap raksasa telekomunikasi China, Huawei, dan tuntutan terhadap delapan orang yang dituduh berkonspirasi atas nama China untuk melecehkan para pembangkang politik  China di Amerika Serikat untuk pulang.

Jin didakwa dengan konspirasi melakukan pelecehan antarnegara dan konspirasi ilegal untuk mentransfer alat identifikasi.

Kasus ini juga menjadi masalah bagi Zoom, menimbulkan pertanyaan baru tentang keamanan perusahaan pada saat perangkat lunaknya sangat diandalkan untuk pekerjaan, sekolah, perawatan kesehatan, dan lainnya.

Menurut jaksa, Jin meminta rekan kerjanya untuk mendapatkan data pengguna dari server Amerika, yang tidak dapat dia akses langsung. Tidak jelas berapa banyak akses yang diperoleh pejabat pemerintah China ke informasi akun pengguna Zoom di Amerika Serikat.

Juru bicara Zoom mengatakan penyelidikan internal perusahaan mengungkapkan bahwa Jin membagikan data pengguna individu dengan otoritas China. Dia membagikan data "kurang dari 10 pengguna individu" yang berbasis di luar China, kata perusahaan itu.

Tuntutan itu juga mengungkap, dalam minggu-minggu sebelum peringatan, Jin memperingatkan rekan kerja di Amerika Serikat bahwa pejabat China sedang melacak pengguna Zoom dan menekankan perlunya menjaga kerahasiaan tuntutan pemerintah China untuk penyensoran.

"Mereka meminta kami tidak bmengungkapkannya," tulis Jin dalam surat elektronik. “Jika tidak, itu akan sangat memengaruhi reputasi negara kita.”

Jin memberi tahu rekannya bahwa jika masalah Lapangan Tiananmen tidak ditangani dengan baik, China dapat memblokir server perusahaan, menurut jaksa.

Dalam contoh lain, kata jaksa, pejabat pemerintah China memberi tahu Jin tentang peringatan Lapangan Tiananmen yang berbasis di Amerika dan memberinya nomor rapat video call, yang kemudian dapat dihentikan oleh Jin. Tidak jelas bagaimana pejabat memperoleh nomor rapat, karena belum dipublikasikan.

Setelah permintaan pelanggan untuk Zoom meroket selama pandemi virus korona, pemerintah China memberlakukan kontrol tambahan atas operasi Zoom, bahkan ketika mereka melibatkan pengguna di luar China.

Pada bulan April, Jin memberi tahu karyawan Zoom lainnya bahwa pemerintah China memerintahkan Zoom mengembangkan kemampuan untuk mengakhiri rapat dalam satu menit setelah menemukan pelanggaran hukum China.

Pada bulan Juni, Zoom berada di bawah pengawasan anggota parlemen setelah memblokir akun para pemimpin hak asasi manusia China yang menggunakan platform tersebut untuk mengatur peringatan 31 tahun tragedi Lapangan Tiananmen 1989, di mana pasukan tentara membunuh ratusan demonstran mahasiswa, pekerja dan warga biasa. Akun tersebut kemudian dipulihkan.

Peringatan Zoom juga membawa konsekuensi bagi orang-orang yang dijadwalkan untuk berbicara dalam pertemuan online itu.

Seorang pembangkang di Amerika Serikat, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada FBI bahwa pihak berwenang China telah menekan beberapa orang di China untuk tidak berbicara di acara Zoom.  

Pada pagi hari acara, pengaduan kriminal mengatakan, petugas polisi Tiongkok menahan salah satu pembicara potensial selama beberapa hari dan mendatangi rumah calon peserta yang lain untuk mencegahnya masuk ke perangkat elektronik apa pun.[]

#zoom   #enkripsi   #konferensivideo   #meetingonline   #tiananmen   #sensor   #china

Share:




BACA JUGA
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade
Indonesia Tingkatkan Kolaborasi Pemanfaatan AI dengan China
Konni Gunakan Dokumen Microsoft Word Berbahasa Rusia untuk Kirim Malware
Indonesia - Tiongkok Perkuat Kerja Sama Sektor Digital
Hacker China Luncurkan Serangan Spionase Terselubung terhadap 24 Organisasi Kamboja