
Ilustrasi pfizer
Ilustrasi pfizer
Cyberthreat.id - Dokumen Partai Komunis China (PKC) yang bocor dan diungkap oleh koran The Australian menyebutkan lebih dua juta anggota dan loyalis partai itu telah ditempatkan di sejumlah lembaga dan perusahaan ternama dunia.
Rincian yang diulas dailymail.co.uk menyebutkan bahwa perusahaan farmasi Pfizer dan AstraZeneca yang sama-sama terlibat dalam pengembangan vaksin virus corona mempekerjakan 123 loyalis Partai Komunis China.
Dokumen itu mengkonfirmasi bahwa PCC menempatkan orang-orangnya untuk menyusup ke konsulat negara asing dan perusahaan multinasional yang bereputasi, termasuk pembuat vaksin virus korona, Pfizer.
Laporan media Australia menunjukkan bahwa operasi Partai Komunis China telah menyusup ke setidaknya 10 konsulat negara asing di pusat komersial China, Shanghai, selama lebih dari satu dekade, termasuk konsulat Inggris, AS, India, Australia, Selandia Baru, Swiss, Italia, dan Afrika Selatan. Perekrutan dilakukan melalui Departemen Layanan Badan Luar Negeri Shanghai.
Seorang warga China yang melanjutkan studi di Austalia bernama Chen Hong --dan dicabut visa Australia pada September lalu setelah Organisasi Intelijen Keamanan Australia menilai dia sebagai kemungkinan risiko keamanan - juga terdaftar di database.
Awal tahun ini, Hong menulis untuk surat kabar milik PKC, Global Times, dan menuduh Australia 'menusuk China dari belakang' setelah Canberra menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus korona.
Ratusan anggota Partai Komunis yang terdaftar dalam database diketahui bekerja di perusahaan besar termasuk perusahaan kedirgantaraan pertahanan Boeing, Airbus, dan Rolls-Royce.
Selain itu, data yang bocor itu juga menyebutkan ratusan orang PCC dipekerjakan di Boeing (Amerika), Airbus (Eropa), dan Rolls-Royce.
Sementara di instusi perbankan, menurut laporan itu, mereka disusupkan antara lain di Bank ANZ dan HSBC. Namun, seorang juru bicara ANZ mengatakan bank tidak ikut campur dengan keterlibatan karyawannya di politik.
Dokumen yang bocor itu juga menunjukkan bahwa anggota PKC telah bekerja di Konsulat Inggris, universitas, dan beberapa perusahaan terkemuka di Inggris.
Ahli China dari Charles Sturt University, Clive Hamilton, memperingatkan bahwa perusahaan dengan anggota partai akan membahayakan kekayaan intelektual mereka karena afiliasi PCC diwajibkan untuk mencuri informasi sensitif jika diminta oleh China.
"Ada banyak tumpang tindih dalam sistem China antara operasi mata-mata dan operasi campur tangan asing," kata Profesor Hamilton.
Basis data yang bocor itu digunakan oleh para pembangkang untuk kontra-spionase sebelum diteruskan pada bulan September oleh seorang pembangkang Tiongkok ke Aliansi Antar-Parlemen di Tiongkok.
Kelompok ini beranggotakan lebih dari 150 legislator di seluruh dunia yang prihatin dengan pengaruh dan aktivitas pemerintah China.
Secara total, Partai Komunis China memiliki lebih dari 92 juta anggota, tetapi persaingan untuk bergabung sangat ketat.
Basis data menunjukkan bagaimana cengkraman partai telah menjangkau perusahaan, akademisi, dan pemerintah Barat di seluruh dunia.
Setidaknya sepuluh konsulat Barat di Shanghai telah mempekerjakan anggota PKC.
Pengungkapan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Australia, setelah negara komunis itu memberlakukan sanksi perdagangan yang melumpuhkan impor Australia.[]
Share: