
Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan
Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan
Cyberthreat.id - Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan mengatakan bahwa membangun budaya keamanan siber itu penting.
"Karena kalau kita menggunakan teknologi tanpa budaya kita akan hancur," ujarnya dalam diskusi virtual #CyberCorner bertajuk "Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?", Selasa (8 Desember 2020) yang diadakan bersama Cyberthreat.id melalui platform telekonferensi Jumpa.id.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Cyberthreat.id Nurlis Effendi itu, Anton mengatakan seringkali masyarakat ketika berselancar di dunia maya menjadi seenaknya saja karena menganggap anonimitas hadir di ruang siber. Padahal, seharusnya tidak begitu.
"Ketika berbicara budaya yang di dunia nyata yang baik sesuai budaya Indonesia kita bawa juga [ke ruang siber]," kata Anton.
Ruang siber, kata Anton, merupakan ruang publik. Dengan kata lain, diperlukan etika dalam berselancar di ruang publik itu.
Anton pun mendorong para peserta acara yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi pun untuk mempelajari teknologi ketika menggunakannya serta membagikan ilmunya kepada orang terdekatnya.
Anton menuturkan dalam membangun budaya keamanan siber ini, BSSN pun menjadi leading atau pemimpinnya. BSSN, kata Anton, terus melakukan literasi kepada masyarakat, meski hasil dari literasi itu masih kurang. Pasalnya, kata Anton, seringkali ketika dirinya menjadi pembicara dia mendapatkan pertanyaan yang sama seperti halnya mengenai peretasan akun WhatsApp.
Itulah sebabnya, kata Anton, perlu memahami teknologinya sebelum menggunakannya. Peretasan akun WhatsApp, Anton mencontohkan, sebenarnya bisa dicegah dengan memahami teknologinya, seperti mengaktifkan fitur pengamanan autentikasi dua faktor (Two Factor Authentication/2FA) untuk mencegah pembajakan.
"Itu simple, tetapi kita tidak mempelajarinya, akhirnya menjadi kesulitan, " kata Anton.
Anton mengatakan literasi itu memang sudah mulai dilakukan tetapi tantangannya sangat besar sehingga langkahnya masih sangat panjang, mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia ada sekitar 175 juta.
Kendati demikian, menurutnya literasi atau edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus. Perlu juga keseragaman istilah dalam melakukan upaya literasi ke masyarakat sehingga dapat meningkatkan daya tangkal masyarakat.
Sementara itu, Anton menilai Indonesia sebenarnya punya bibit-bibit unggul tetapi perlu diarahkan serta perlu diciptakan ekosistem yang menunjang bibit itu bertumbuh dan berkembang. Untuk itu, BSSN pun, kata Anton, membangun SDM di bidang keamanan siber melalui peta okupasi nasional.
"Strateginya kami mengarahkan ke hal yang baik, itu tercermin di peta okupasi nasional. Peta panduan bagi kita, pekerjaan apa yang dibutuhkan pasar, setelah itu, kita harus dong membuat bagaimana orang siap untuk bekerja pada pekerjaan tersebut" kata Anton.
Anton pun mendorong SDM Indonesia mengenali dan menguasai teknologi karena trafik internasional atau keluar Indonesia sangat banyak dibandingkan trafik lokal.
"Kita kembangkan industrinya, termasuk hari ini pakai Jumpa.id yang merupakan platform konferensi video buatan lokal. Ini harus kita pakai. Harus ada yang namanya keberpihakan. jadi kita semua berpihak ke industri dalam negeri, " kata Anton.
Selain dari sisi SDM, BSSN juga, kata Anton, akhir tahun ini akan merilis laporan terkait serangan yang tercatat pada honeynet milik BSSN yang bekerja sama dengan Honeynet Project.
"Hal terpenting yang disampaikan ini menjadi dasar kita untuk riset, [...] karena basisnya riset, jadi orang-orang yang menyerang kita [yang tercatat melalui honeynet] buat riset untuk perkuatan kita," tuturnya.
Terkait penguatan literasi dan ekosistem keamanan siber, menurut Anton tidak hanhya tanggung jawab BSSN, tetapi seluruh stakeholder harus bekerja sama.
"Karena ruang siber itu melibatkan kita semua, maka tanggung jawab keamanan siber tanggungjawab kita semua, sampai ke pribadi-pribadi. kita harus mengelola hp kita, perangkat kita, itu satu. tanggung jawabnya, tanggungjawab semua," ujar Anton.
#CyberCorner merupakan agenda diskusi virtual yang diadakan oleh Cyberthreat.id, portal berita cybersecurity. Diskusi ini bakal hadir menjadi agenda rutin diskusi virtual ke depan dengan topik seputar dunia siber dan ancamannya.
Dalam diskusi perdana yang dimoderatori Pemimpin Redaksi Cyberthreat.id, Nurlis Effendi, hadir sebagai pembicara selain Anton, yaitu Pakar Hukum Telematika UI Edmon Makarim dan Pakar Forensik Digital Ruby Alamsyah.
Acara ini juga diikuti sekitar 250 peserta dari kalangan umum, dosen dan mahasiswa dari berbagai universitas, seperti Universitas Malahayati Bandar Lampung, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Kotabumi, STMIK Prabumulih, dan IIM Surakarta.[]
[]
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: