
Direktur Eksekutif Otoritas Keamanan Elektronik Nasional UEA, Mohamad Hamad al-Kuwaiti | Foto: Reuters
Direktur Eksekutif Otoritas Keamanan Elektronik Nasional UEA, Mohamad Hamad al-Kuwaiti | Foto: Reuters
Cyberthreat.id - Kepala keamanan dunia maya Uni Emirat Arab (UEA) Muhammad Hamad al-Kuwaiti mengatakan negaranya menjadi sasaran serangan dunia maya setelah berdamai dan menjalin hubungan formal dengan Israel.
Seperti diketahui, pada Agustus lalu UEA setuju membuka hubungan dengan Israel, keputusan yang membuat marah warga Palestina dan beberapa negara dan komunitas Muslim.
“Hubungan kami, misalnya, dengan normalisasi dengan Israel benar-benar membuka serangan besar-besaran dari beberapa aktivis lain terhadap UEA,” kata Mohamad Hamad al-Kuwaiti yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Otoritas Keamanan Elektronik Nasional UEA (NESA) saat wawancara di atas panggung pada sebuah konferensi di Dubai seperti dilaporkan Reuters, Minggu (6 Desember 2020).
Kuwaiti mengatakan sektor keuangan menjadi sasaran tetapi tidak merinci lebih lanjut. Dia tidak mengatakan apakah ada serangan yang berhasil atau memberikan rincian siapa pelakunya.
Dia juga mengatakan dalam konferensi bahwa jumlah serangan dunia maya di UEA meningkat tajam setelah dimulainya pandemi virus korona. Kuwaiti mengatakan secara tradisional banyak serangan di kawasan itu berasal dari Iran, tanpa menyebutkan siapa yang berada di belakangnya.
Iran juga mengatakan telah menjadi korban peretasan.
Sebelumnya, sebulan setelah normalisasi hubungan dengan Israel, pada September lalu Kuwaiti mengatakan salah satu kerja sama yang ingin dijalin dengan Israel adalah terkait keamanan siber.
"Kami ingin belajar dari Israel yang telah membangun ekosistem yang sangat sukses yang mencakup penciptaan teknologi, dengan perusahaan kecil dan menengah yang menjadi entitas besar dan membantu semua sistem serta memperkuat keamanan siber di seluruh dunia, menciptakan lingkungan yang aman dan terjamin. lingkungan untuk semua bisnis untuk beroperasi," kata Kuwaiti dalam wawancara dengan media Israel, calcalistech.com
"UEA berubah dari pemerintahan elektronik menjadi pemerintahan yang bergerak dan sekarang pemerintahan yang cerdas. Para visioner dalam kepemimpinan kami sekarang mendorong untuk menjadi pemerintahan kecerdasan buatan. Kami ingin semua warga kami dapat menjalankan bisnis dan aktivitas mereka dari ponsel mereka," tambahnya.
Al Kuwaiti mengatakan UEA telah menangani berbagai serangan dunia maya, termasuk ransomware, zero-day, DoDS (penolakan layanan), dan phishing.
"Ada banyak ancaman, termasuk penyerang terorganisir dari Iran dan Rusia. Terkadang sulit untuk mengenali dari negara mana serangan itu berasal dan itu membutuhkan banyak usaha," jelas Al Kuwaiti.
Perusahaan keamanan siber Israel aktif di UEA melalui cabang internasional mereka bahkan sebelum negara-negara tersebut setuju untuk menjalin hubungan diplomatik penuh musim panas lalu. Namun, Al Kuwaiti mengatakan bahwa aktivitas tersebut meningkat secara signifikan sejak Abraham Accords ditandatangani.
“Kami sudah mulai menandatangani banyak perjanjian bisnis, tidak hanya di sektor-sektor seperti pertanian, kesehatan, dan minyak dan gas, tetapi juga di sektor-sektor seperti keamanan siber, digitalisasi teknologi, dan bahkan pendidikan,” kata Al Kuwaiti.
Salah satu perusahaan Israel yang dilaporkan beroperasi di UEA adalah NSO Group, pengembang aplikasi mata-mata Pegasus. Ada tuduhan bahwa organisasi UEA menggunakan NSO untuk memata-matai para pemimpin oposisi dan pemimpin negara asing.
"Saya telah membaca banyak tuduhan dan klaim. Yang saya tahu adalah bahwa NSO menyediakan alat yang dapat membantu badan keamanan nasional untuk memerangi terorisme. Terorisme telah merugikan kami dan Israel. Jika NSO, atau perusahaan lain, dapat memberikan alat yang membantu dalam perjuangan ini tanpa melukai privasi seseorang, dan dengan otorisasi pengadilan, dan digunakan oleh lembaga penegak hukum, itu adalah sesuatu yang dapat mencegah teror dan menyelamatkan nyawa," kata Kuwaiti.[]
Share: