
YouTube | Foto: Unsplash
YouTube | Foto: Unsplash
Cyberthreat.id – Platform berbagi video daring milik Google, YouTube, mengeluarkan fitur baru untuk mencegah komentar-komentar negatif para penggunanya
YouTube akan menguji fitur baru di YouTube Studio agar kreator dapat menghindari membaca komentar jahat yang selama ini telah ditahan secara otomatis oleh YouTube. Dengan kata lain, kreator bisa tidak melihat komentar itu lagi.
Selain itu, dari sisi penggunanya, YouTube akan mengeluarkan fitur baru yang akan memperingatkan pengguna ketika ingin mengunggah komentar.
“Pengingat baru akan memberikan opsi kepada orang-orang untuk merenung sebelum memposting komentar yang berpotensi menyinggung,” ujar Wakil Presiden Manajemen Produk di YouTube, Johanna Wright, seperti dikutip dari blog perusahaan, Kamis (3 Desember 2020).
Fitur baru ini akan muncul setiap kali sebelum pengguna mengirim komentarnya, yaitu muncul sebuah pop-up yang mengingatkan untuk menjaga komentar yang sopan dan ada dua pilihan yakni mengunggah atau mengeditnya. Setelah itu pengguna dapat mengirimkan komentar.
Dengan teknologi yang dimiliki, YouTube mengklaim mampu mendeteksi dan menghapus komentar kebencian dengan lebih baik. Johanna mengatakan sejak awal 2019 YouTube telah menindaklanjuti komentar ujaran kebencian harian sebesar 46 kali.
Tak hanya itu, YouTube juga mengklaim telah menghentikan 1,8 juta saluran yang melanggar kebijakan. “Lebih dari 54.000 penghentian dilakukan karena perkataan yang mendorong kebencian.
YouTube juga tengah mencoba untuk memerangi masalah lainnya terkait monetisasi, bias, dan terkait pengembangan saluran kreator. Itu akan melalui survei terhadap kreator seperti meminta data jenis kelamin, orientasi seksual, ras, dan etnis mereka mulai tahun 2021.
Dengan data itu, kata Johanna, YouTube dapat mengevaluasi masalah dari para kreator dengan lebih baik.
"Kami juga akan mencari kemungkinan pola kebencian, pelecehan, dan diskriminasi yang dapat mempengaruhi beberapa komunitas yang lain,” tutur Johanna.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: