IND | ENG
Blak-blakan Eks Direktur Keamanan Siber Amerika Usai Dipecat Trump, Ungkap Kekesalannya

Direktur Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) AS Christopher Krebs | Foto: Reuters

Blak-blakan Eks Direktur Keamanan Siber Amerika Usai Dipecat Trump, Ungkap Kekesalannya
Yuswardi A. Suud Diposting : Senin, 30 November 2020 - 16:30 WIB

Cyberthreat.id - Pada 18 November lalu, lewat sebuah cuitan di Twitter, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memecat Christopher Krebs yang bertanggung jawab atas lembaga keamanan siber Amerika:  Cybersecurity and Infrastructure Security Agency atau CISA.

Itu terjadi setelah Krebs membantah klaim Trump  bahwa telah terjadi banyak kecurangan dalam pilpres yang berlangsung pada 3 November lalu yang berdampak pada turunnya suara untuk Trump. Sementara menurut Krebs, ia telah menjalankan tugasnya dengan benar, dan tak ada bukti kecurangan dalam penghitungan suara.

Dalam wawancara terbarunya dengan CBS News yang dipublikasi pada 29 November 2020, Krebs blak-blakan tentang pemecatan dan tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Krebs ditunjuk Trump memimpin CISA sejak dua tahun lalu itu tak bergeser dari sikapnya bahwa pemilu tahun ini adalah yang paling aman yang pernah dilakukan.

"Saya yakin akan keamanan pemilu ini karena saya tahu pekerjaan yang telah kami lakukan selama empat tahun untuk mendukung mitra negara bagian dan lokal kami. Saya tahu pekerjaan yang telah dilakukan komunitas intelijen, yang telah dilakukan Departemen Pertahanan, yang telah dilakukan FBI, yang telah dilakukan oleh tim saya. Saya tahu bahwa sistem ini lebih aman. Saya tahu berdasarkan apa yang kami lihat bahwa setiap serangan terhadap pemilu tidak berhasil," kata Krebs kepada Scott Pelley dari CBS News.

Krebs, yang berusia 43 tahun, bekerja di bidang keamanan siber di pemerintahan Bush, menjadi direktur kebijakan keamanan siber di Microsoft dan bergabung dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri Trump pada 2017. Prioritasnya adalah menghentikan siapa pun untuk mengulangi peretasan dan disinformasi pemilu seperti yang diduga kuat dilakukan peretas Rusia  pada 2016, yang memenangkan Trump sebagai presiden.

"Kami menghabiskan sekitar tiga setengah tahun untuk mempermainkan setiap skenario yang mungkin tentang bagaimana aktor asing dapat mengganggu pemilihan. Tak terhitung, skenario yang tak terhitung jumlahnya," kata Krebs.

Ditanya tentang apa saja yang dilakukannya, Krebs mengatakan yang paling krusial adalah mengamankan surat suara.

"Kertas suara memberi Anda kemampuan untuk mengaudit, kembali dan memeriksa rekaman dan memastikan bahwa Anda menghitung dengan benar. Dan itu benar-benar salah satu kunci sukses untuk pemilu 2020 yang aman. 95% surat suara dalam pemilu 2020 memiliki catatan kertas yang terkait dengannya. Dibandingkan tahun 2016, sekitar 82%," ujarnya.

Sistem yang dirancang, kata Krebs, memberi kemampuan untuk membuktikan bahwa tidak ada algoritma berbahaya atau perangkat lunak yang diretas yang menyesuaikan penghitungan suara.

"Lihat saja apa yang terjadi di Georgia. Georgia memiliki mesin yang mentabulasi suara. Mereka kemudian mengadakan penghitungan ulang dan hasilnya konsisten dengan suara yang dihitung oleh mesin," tambah Krebs.

Kenyataan itu, kata Krebs, menunjukkan bahwa tidak ada manipulasi suara di sisi penghitungan mesin. Hal itu, kata dia, membantah klaim sensasional yang disebutnya omong kosong dan tipuan.

Sebelum pemilihan, ketika Trump menyebut surat suara berpotensi dicurangi, tim Krebs merilis laporan yang menyoroti pengamanan yang dibangun dalam pemungutan suara melalui surat. Lembaganya meruntuhkan rumor dan mengungkap plot Iran untuk mengintimidasi pemilih. Pada hari pemilihan, Krebs membentuk tim di pusat komandonya untuk mempertahankan suara.

Karena itu, Krebs berani memastikan tidak ada indikasi atau bukti adanya peretasan apa pun di sistem pemilu sebelum atau setelah 3 November 2020.

Sembilan hari setelah Hari Pemilihan, Trump berkicau di Twitter bahwa mesin dari Sistem Voting Dominion menghapus jutaan suara. Krebs tidak bisa tinggal diam. Agensinya dan mitra keamanan pemilihannya menjawab dengan pernyataan publik.

Ditanya tentang apakah dirinya terkejut dipecat lewat Twitter oleh Trump, Krebs mengatakan hal yang membuatnya kesal adalah dia tidak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada timnya.

"Saya telah bekerja dengan mereka selama tiga setengah tahun, membangun lembaga, menempatkan CISA di panggung nasional. Dan saya suka tim itu. Dan saya tidak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, jadi itulah yang paling membuat saya kesal," kata Krebs.

Salah satu tuduhan dari tim Trump adalah adanya penghitugan surat suara di Jerman dan di Spanyol. Namun, Krebs membantahnya. Dia memastikan semua suara di Amerika Serikit dihitung di Amerika.

"Itu menyedihkan. Apa yang saya lihat adalah upaya nyata untuk merusak kepercayaan pada pemilu, membingungkan orang, menakut-nakuti orang. Bukan saya, bukan hanya CISA. Puluhan ribu petugas pemilu di luar sana yang telah bekerja tanpa henti, 18 jam sehari, selama berbulan-bulan. Mereka mendapat ancaman pembunuhan karena mencoba melaksanakan salah satu lembaga inti demokrasi kita, pemilihan. Dan itu, sekali lagi, bagi saya, konferensi pers yang saya-- itu tidak masuk akal. Apa yang secara aktif dilakukannya adalah merusak demokrasi. Dan itu berbahaya," ujarnya.

Krebs juga membantah kabar yang menyebut ada mesin pemungutan suara yang dirusak oleh orang misterius di Venezuela.

"Jadi sekali lagi, tidak ada bukti bahwa mesin apa pun yang saya ketahui telah dimanipulasi oleh kekuatan asing. Titik," ujarnya.

Ditanya tentang apa yang dikatakannya kepada Trump saat dirinya dituduh keliru dalam pengamanan pemilu, Krebs menjawab,"Tidak ada kekuatan asing yang membalik suara. Tidak ada aktor domestik yang membalik suara. Saya melakukannya dengan benar. Kami melakukannya dengan benar. Ini adalah pemilihan yang aman."[]


#cisa   #amerika   #donaldtrump   #joebiden   #pilpres   #keamanansiber   #cybersecurity   #ChristopherKrebs

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center