
Facebook | Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Facebook | Foto: Cyberthreat.id/Andi Nugroho
Cyberthreat.id – Facebook menjadi media sosial paling sering dipakai untuk menyebarkan konten-konten hoaks di Indonesia
"Media mana yang sering Anda temui menyajikan isu hoaks/berita bohong? Jawabannya Facebook," kata Direktur Riset Katadata.co.id, Mulya Amri, dalam jumpa pers daring bertajuk “Hasil Survei Literasi Digital Nasional 2020" melalui saluran YouTube Kominfo TV, Jumat (20 November 2020).
Amri mengatakan, sebanyak 71,9 persen responden menemui konten-konten hoaks melalui Facebook. Selanjutnya, di platform pesan daring, WhatsApp di urutan kedua dengan jumlah respoden 31,5 persen.
Di urutan berikutnya, YouTube sebesar 14,9 persen, media daring (10,7 persen), Instagram (8,1 persen), televisi (7,7 persen), koran/majalah (2,4 persen), Twitter (1,9 persen), radio (0,5 persen), LINE (0,4 persen), dan tidak ada/tidak tahu (2,9 persen).
Amri mengatakan temuan hoaks tersebut sejalan dengan media sosial yang paling banyak dipakai responden untuk berbagi informasi, yakni WhatsApp (98,9 persen) dan Facebook (89,8 persen).
Konten-konten hoaks yang ditemukan itu, meliputi konten politik 67,2 persen, kesehatan 46,3 persen, agama 33,2 persen, kerusuhan 28,1 persen, lingkungan 21,9 persen, bencana alam 12,4 persen, dan lain-lain 1,4 persen.
Amri mengatakan isu kesehatan berada di nomor dua karena faktor pandemi Covid-19. Namun, isu ini perlu dilihat lagi secara berkala apakah isu kesehatan masih nomor dua pada saat pandemi selesai.
Berdasarkan pengalaman menyebarkan berita/informasi, sebanyak 88,8 persen responden mengaku pernah menyebarkan berita/informasi yang dikemudian hari ternyata isu hoaks atau berita bohong.
Alasan mereka meneruskan berita/informasi itu, karena hanya ingin meneruskan, “tidak terlalu memikirkan apakah hoaks atau bukan,” tutur Amri.
Ada 68,4 persen responden mengaku tidak terlalu memikirkan apakah hoaks atau bukan, ketika menerima pesan itu mereka meneruskan begitu saja.
Sementara, Kementerian Kominfo RI, menurut respoden dengan 54,8 persen paling diharapkan untuk dapat mencegah penyebaran hoaks. Lalu, responden juga menyatakan peran warga negara 45 persen dan TNI/Polri 44,7 persen juga diharapkan dalam mencegah hoaks.
Survei ini dilakukan dilakukan terhadap 1.670 responden di 34 provinsi di Indonesia. Dilakukan pada 18 hingga 31 Agustus 2020. Responden adalah anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun dan mengakses internet dalam tiga bulan terakhir.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: