
Ethio Telecom, penyedia internet dan seluler satu-satunya di Ethiopia. | Foto: africanews.com
Ethio Telecom, penyedia internet dan seluler satu-satunya di Ethiopia. | Foto: africanews.com
Adis Ababa, Cyberthreat.id - Ethiopia mengalami pemadaman internet sejak Sabtu (22 Juni 2019) di tengah gejolak pemberontakan yang ingin menggulingkan pemimpin Pemerintah Provinsi Amhara.
Data jaringan waktu nyata (real-time) dari NetBlocks menunjukkan, lebih dari 90 persen wilayah Ethiopia terputus internet pada pukul 20.30 waktu setempat pada Senin (24 Juni 2019); empat jam lebih lambat dibandingkan dengan Indonesia (Jakarta).
"Gangguan telah membuat sulit jurnalis dan pengamat untuk menilai situasi di lapangan. Hingga Senin lalu media tampaknya mengandalkan pernyataan pers resmi dengan akses terbatas ke sumber independen," tulis NetBlocks dalam situs webnya, yang diakses pada Selasa (25 Juni 2019).
NetBlocks adalah organisasi masyarakat sipil independen yang fokus dalam isu keamanan siber dan tata kelola internet. Berdiri sejak 2017, fokus kegiataannya adalan memonitor kebebasan internet di seluruh dunia.
Dari pantauan NetBlocks, seluruh wilayah Ethiopia mengalami pemadaman internet, tapi ada sejumlah alamat yang tak terpengaruh.
Dugaan NetBlocks, jaringan yang masih online itu kemungkinan milik staf teknis atau pejabat di Nairobi, ibu kota negara, serta lokasi wisata seperti wilayah bersejarah Axum di wilayah Amhara. "Masih belum jelas pihak mana yang memerintahkan pemadaman internet," tulis NetBlcoks.
Padahal, seperti dilaporkan Voice of America, penduduk Ethiopia --sekitar 16 juta pengguna intenet-- baru saja merasakan akses internet dan media sosial sekitar empat hari setelah sepekan padam atau sejak 11 Juni lalu. Ethio Telecom, satu-satunya penyedia internet di Negei Tanduk Afrika itu, memulihkan layanan pada 18 Juni lalu.
Raksasa telekomunikasi dan penyedia telepon seluler utama di Ethiopia, meminta maaf atas pemadaman selama sepekan itu. Oleh karenanya, perusahaan membebaskan biaya bulanan dan memperpanjang waktu untuk menggunakan paket prabayar.
Tidak ada penjelasan dari pemerintah maupun Ethio Teleceom mengapa telah terjadi pemadaman selama sepekan itu. Namun, desas-desus yang berkembang di publik, pemerintah memadamkan internet untuk mencegah siswa sekolah menengah berlaku curang dalam ujian nasional. Memang, pada 2016 dan 2017, pemerintah juga melakukan pemadaman interent lantaran ada kebocoran kunci jawaban ujian yang dicuri.
Menteri Pendidikan Ethiopia Tilaye Gete membantah bahwa kementeriannya yang telah meminta pemadaman selama sepekan tersebut. "Ini bukan pekerjaan Kementerian Pendidikan, tapi pekerjaan Ethio Telecom, dan saya juga ingin mengonfirmasi bahwa ujian tidak ada yang dicuri," kata dia.
Selain itu, Tilaye juga menuturkan, bahwa pemerintah federal telah menahan lebih dari 100 orang yang dituduh mendistribusikan kunci jawaban ujian curian. Sekitar 1,5 juta siswa kelas 10 saat ini tahun ini mengikuti ujian di 2.800 pusat pengujian
Menurut NetBlock, pengguna internet di Ethiopia hanya sekitar 15 persen dari populasi. Secara keseluruhan, Afrika adalah salah satu benua yang tingkat akses internetnya rendah, meski sejumlah negara memiliki akses internet tinggi, seperti Nigeria (56 persen) dan Kenya (85 persen).
Share: