
Aplikasi Muslim Pro | Foto: muslimpro.com
Aplikasi Muslim Pro | Foto: muslimpro.com
Cyberthreat.id – Pengembang aplikasi populer Muslim Pro diduga menjual data lokasi penggunanya ke pihak ketiga bernama X-Mode.
Laporan penjualan data lokasi itu pertama kali dilaporkan oleh Motherboard, portal berita teknologi milik Vice Media asal Amerika Serikat. Militer AS menjadi salah satu pembeli data itu dari X-Mode.
X-Mode telah menjual data lokasi kepada perusahaan rekanan di bidang pertahanan, menurut situs webnya, yang akhirnya memberikan data tersebut kepada Departemen Pertahanan AS.
X-Mode mengatakan kepada Motherboard bahwa bisnisnya dengan rekanan militer "terutama difokuskan pada tiga kasus penggunaan: kontra-terorisme, keamanan siber, dan prediksi titik kasus Covid-19 di masa depan."
Di situs webnya yang diakses, Selasa (17 November 2020), aplikasi yang telah diunduh lebih dari 98 juta kali itu memberikan informasi mengenai waktu sholat & azan, doa sehari-hari, dan Al Quran digital.
Tak hanya aplikasi seluler, Muslim Pro juga tersedia dalam versi desktop dan telah mendukung banyak bahasa, seperti bahasa Indonesia, Inggris, Prancis, Malaysia, Turki, Arab, dan China.
Berita Terkait:
Cyberthreat.id pun menanyakan beberapa pengguna Muslim Pro di Indonesua. Hampir semua pengguna yang ditanya mengaku langsung menghapus aplikasi itu setelah mengetahui data lokasi pengguna Muslim Pro dijual.
Berikut pendapat mereka:
Siti Nurul, 22 tahun, mahasiswa asal Makassar
Saya biasa memakai Muslim Pro untuk membantu mencari arah kiblat, waktu shalat, atau mengaji saat travelling. Apalagi saat ini saya sedang belajar di luar negeri, sehingga aplikasi ini sebetulnya sangat membantu saya dalam beribadah.
Tapi, begitu saya mengetahui kabar ini dari Twitter, saya pun memutuskan untuk menghapusnya dari ponsel semalam. Saya juga membagikan informasi itu ke teman-teman sesama umat Muslim lewat grup obrolan.
Sebagi gantinya, saya berencana memakai aplikasi lain yang memiliki fungsi sama dengan Muslim Pro.
Attika Dewi, 23 tahun, akuntan
Tadi pagi saya tahu informasi itu dari baca berita. Saya tanpa ragu langsung hapus aplikasi dari ponsel. Biar tidak disalahgunakan. Saya sebetulnya rada kecewa dengan penjualan data lokasi itu.
Saya enggak pernah terpikirkan bahwa Muslim Pro akan seperti itu. Kan, selama ini saya mengiranya market place atau media sosial yang kemungkinan besar seperti itu.
Tara Iman, 23 tahun, mahasiswa
Ya karena pengin jaga-jaga diri, saya pun hapus aplikasi ini. Ini bentuk kekecewaan saya sih. Saya biasa pakai Muslim Pro untuk mencari arah kiblat atau mengetahui jadwal shalat.
Terus terrang, saya kaget dengan informasi ini. Saya enggak ngira Muslim Pro bakal menjual data lokasi penggunanya. Apalagi jualnya ke militer AS akan. Jahat juga sih. Menurut saya, buat apa juga. Gara-gara ini, saya jadi berpikir soal Islamofobia di AS. Mau enggak mau, arah pikiran kita jadi ke situ, kan.
Marsha Ayu, 23 tahun, mahasiswa
Saya kok merasa enggak nyaman ya dengan kejadian ini. Karena, aplikasi religi yang saya cari dan pakai buat cari informasi religi, kok malah jual lokasi penggunanya.
Apalagi dijualnya ke militer AS. Kan, saya jadi mikir-mikir ke mana-mana. Secara sentimen AS ke agama saya itu beneran ada, kan. Tapi, kenapa dijual ke militer AS, buat apa? Jujur, saya kaget mendengar ini.
Taufik Rachman, 24 tahun, pegawai bank
Tadi saya lihat di Instagram kalau ada kabar data lokasi pengguna Muslim Pro dijual ke militer AS. Saya tahunya sebatas itu saja sih.
Tanpa pikir panjang, saya pun menghapusnya. Saya tak menyangka bahwa aplikasi yang digunakan untuk mengingatkan umat Muslim beribadah malah menyalahgunakan data penggunanya.
Andika Maulidan, 22 tahun, mahasiswa
Apa yang dilakukan Muslim Pro tentu secara enggak langsung mencoreng nama Muslim. Karena, kan, aplikasi ini membawa nama “muslim” dalam aplikasinya, tapi nyatanya data lokasi penggunanya malah dijual ke militer AS.
Enggak ada akhlaknya tuh aplikasi. Saya hapus langsung tuh aplikasi begitu mendengar kabar ini. Hal-hal seperti ini pemerintah perlu menaruh perhatian lebih, terutama pada perlindungan data pribadi masyarakat Indonesia yang memakai aplikasi tersebut.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: