
Aplikasi "Obrolan Operasional" IDF. | Foto: IDF via Forbes
Aplikasi "Obrolan Operasional" IDF. | Foto: IDF via Forbes
Cyberthreat.id - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini memiliki aplikasi olah pesan daring sendiri yang mereplikasi fitur aplikasi WhatsApp.
Dikutip dari Forbes, diakses Minggu (15 November 2020), IDF mengatakan platform itu sebagai alat "obrolan operasional" yang dirancang serupa WhatsApp.
Sengaja dibangun mirip WhatsApp karena menyesuaikan pengalaman dan pengetahuan tentara dalam menggunakan ponsel mereka sendiri sehari-hari.
Pengembangannya pun sudah dimulai dari tiga tahun lalu, tetapi penerapannya baru secara bertahap dilakukan sejak tahun lalu. Platform berbasis cloud tersebut bagian dari digital IDF yang sedang berlangsung.
Komandan Administrasi Transformasi Digital IDF, Brigjen Ziv Avtalion, mengatakan, platform tersebut upaya mengubah budaya dan memastikan tentara dapat beralih dari ponsel pintar dan aplikasi yang dipakai sehari-hari ke mesin militer secara mudah.
Platform tersebut dirancang untuk mengirimkan informasi rahasia langsung ke lapangan dan bagi tentara di lapangan untuk mentransfer informasi real-time kembali ke markas.
"Informasinya cepat dan tepat serta menjangkau semua badan yang relevan dalam waktu nyata," kata Brigjen Ziv.
"Di masa lalu, proses transfer informasi rahasia yang kaku antarunit yang berbeda menciptakan disinformasi. Saat ini ada platform yang nyaman untuk mentransfer informasi dengan cepat dan tepat antar semua badan yang relevan.”
Fitur platform ini sama dengan WhatsApp yang bisa memuat grup dan lampiran dokumen. Tak hanya itu, sama seperti di aplikasi Telegram, platform juga mencakup saluran khusus.
Ke depan, Brigjen Ziv mengatakan, akan menambahkan fitur baru seperti panggilan video rahasia, rekaman suara, dan kemampuan pemetaaan.
Mengingat pengembangan yang dikhususkan untuk pasukan IDF, maka platform tidak dapat dipasang di sembarang ponsel, hanya pada perangkat militer saja.
Saat ini, kata Brigjen Ziv, sudah sebanyak 20.000 grup obrolan dalam platform itu.
"Komandan dan pejabat lapangan mengklaim itu adalah alat tangan kanan mereka dan meningkatkan efektivitas operasional mereka, " ujar Brigjen Ziv.
Brigjen Ziv mengatakan, perang digital menghadirkan banyak tantangan baru, itulah mengapa pihaknya juga harus tahu menggunakan segala macam berhubungan digital.
"Perang digital menghadirkan banyak tantangan baru, seperti musuh yang menghilang dan medan perang yang penuh dengan sensor. Kami harus tahu bagaimana menggunakan semua ini untuk keuntungan kami," ujarnya.
"Sebagai organisasi berbasis data, bagaimana kami mengubah data menjadi tindakan di masa damai dan masa perang.”
Pada Juni lalu, IDF juga merilis Google Maps versi sendiri yang membantu tentara di lapangan dan menyediakan platform berbasis augmented reality untuk memvisualisasikan posisi musuh.
“Bayangkan seorang turis tiba di kota asing, hal pertama yang mereka lakukan adalah membuka Google Maps dan mencari restoran. Google membantu mereka menemukan tempat. Membantu mereka menavigasi. Membantu mereka tiba tepat waktu. Kami melakukan hal yang sama,” kata Brigjen Ziv.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: