
Giyas Umarov | Foto: Ed Murray | NJ Advance Media for
Giyas Umarov | Foto: Ed Murray | NJ Advance Media for
Cyberthreat.id - Giyas Umarov yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas di New Jersey menjadi satu-satunya remaja yang diberikan penghargaan oleh Apple.
Pencapaiannya itu tidak ujug-ujug. Giyas dari kecil pecandu komputer, bahkan ibunya sendiri dikelabui saking dirinya tidak ingin layar perangkatnya itu mati.
Saat usia 10 tahun, ibunya—seperti orangtua umumnya pastinya akan mengontrol pemakaian perangkat anaknya--mengatur batas waktu layar iPhone yang dipakai Giyas. Namun, usaha ibunya tidak berhasil menyingkirkan Giyas dengan ponselnya.
Giyas malah menghubungkan ponselnya ke komputer dan menggunakan program untuk mempelajari kode sandinya dan mengubah kontrol orangtua.
“Dia mempermainkan saya, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya masih menggunakan waktu layar, hanya untuk anak-anak saya yang lain, tetapi saya tidak bisa untuk dia," kata Dilek Umarov, sang ibu.
Giyas memiliki cita-cita masuk perguruan tinggi untuk belajar teknik dan komputer. Ibunya pun menawarkan Giyas untuk belajar melalui kelas coding dan pemrograman berbayar, tapi Giyas menolak tawaran ibunya.
Alih-alih belajar melalui kelas berbayar itu, Giyas memilih menjadi pengunjung tetap perpustakaan umum setempat dan juga belajar dengan buku-buku yang tersedia di Libby by OverDrive, yang menyediakan akses digital gratis ke buku perpustakaan.
Giyas memulai pembelajaran coding dan pemrograman ini dengan membaca buku berjudul Beginning Programming with C++ for Dummies, dan dari situlah perjalanannya dimulai.
Di usia 14 tahun, kala itu 2019, Giyas menemukan kerentanan (bug) di iOS, sistem operasi milik Apple. Giyas bercerita bahwa dia dapat membuat kode QR secara online, dan mengubahnya sehingga memunculkan pop-up (pesan sembulan) yang tampak nyata di telepon ketika dipindai. Setelah membuka kunci perangkat, layarnya dibombardir dengan pop-up yang tidak diinginkan, seperti meminta pengguna agar menginstal aplikasi atau perangkat lunak pilihan Giyas.
Giyas pun iseng melakukan itu kepada ponsel milik temannya, dan ia memindai kode QR yang dibuatnya itu. Jika mengklik "instal" pada pop-up setelah memasukkan kode sandi perangkat itu, aplikasi kosong akan muncul di layar beranda mereka, kata Giyas.
Menurut Giyas, celah itu dapat disalahgunakan oleh penjahat untuk menyebabkan Distributed Denial of Services (DDoS), bahkan pendistribusian perangkat lunak jahat (malware).
“Ini bisa saja digunakan untuk menyebabkan (serangan DDoS), yang berarti pengguna yang membuka kunci perangkat tidak akan dapat menggunakannya sepenuhnya hingga pop-up atau pop-up hilang. Ini juga dapat digunakan untuk mendistribusikan perangkat lunak atau pesan yang mungkin berbahaya, karena orang yang melakukannya dapat mengontrol perangkat lunak apa dan judulnya yang akan digunakan," kata Giyas.
Dia pun menyampaikan bug itu kepada Apple melalui email. Tak hanya memberitahu kerentanan itu, Giyas juga menawarkan beberapa solusi atas temuannya itu. Solusi yang ditawarkannya itu yakni tidak mengizinkan kode QR dipindai tanpa membuka kunci perangkat terlebih dahulu.
Delapan bulan setelah email itu terkirim, perwakilan Apple menghubungi Giyas dan memberitahu bahwa masalah yang dilaporkan Giyas telah diperbaiki di pembaruan iOS 14 terbaru yang dirilis pada September 2020.
Menurut Dilek Umarov, Apple sebelumnya menanyakan kepadanya terkait publikasi nama anaknya itu sebagai ucapan terima kasih perusahaan.
“Apple bertanya bagaimana dia ingin dikreditkan dalam pembaruan perangkat lunak yang akan datang, dan dia benar-benar tidak menginginkan apa pun. Tapi, ia mengatakan tidak apa-apa hanya untuk menyebutkan namanya. Dia benar-benar tidak menginginkan perhatian untuk itu," ujar ibunya itu.
Nama Giyas pun terpajang di situs web Apple. Giyas yang merupakan anak tertua dari empat bersaudara ini pun bercerita kepada ibunya bahwa namanya dipajang di antara orang dewasa dari perusahaan IT serta beberapa mahasiswa.
Selain dari Apple, Giyas juga mendapatkan ucapan selamat atas pencapaiannya dari gubernur New Jersey.
Remaja berusia 15 tahun itu adalah anggota Holmdel High School Technology Student Association l dan mengikuti kompetisi New Jersey Technology Student Association pada 2019.
Ibunya percaya bahwa kecintaan pada sains ada dalam darahnya. Dia mengatakan Umarov diberi nama setelah kakek buyutnya, Umarov Giyas Yakubovich, seorang fisikawan Uzbekistan yang lahir pada tahun 1921 yang mempelajari sumber energi modern.
Dilek Umarov mengatakan, dirinya bangga dengan anaknya yang selama ini hanya belajar secara otodidak dengan membaca buku, dan bisa seperti ini di usianya yang masih remaja. Dia berharap Giyas dapat menginspirasi banyak remaja lain.
"Jika Anda membaca buku, Anda dapat belajar banyak. Anda bahkan dapat belajar menemukan kesalahan di perusahaan raksasa seperti Apple dan membantu mereka memecahkan masalah," kata Dilek Umarov.[]
Sumber: artikel ini disarikan dari NJ.com dan tapinto.net.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: