
Ilustrasi. Salah satu Bank BTN di Jakarta. | Foto: JIBI/Dedi Gunawan
Ilustrasi. Salah satu Bank BTN di Jakarta. | Foto: JIBI/Dedi Gunawan
Cyberthreat.id – Selama setahun terakhir, Irfan Kurnia, nasabah Bank BTN yang kehilangan uangnya sebesar Rp 2,96 miliar berusaha mendapatkan keadilan agar uangnya kembali. Namun, tak ada hasil.
“Sudah setahun lebih kami berusaha menyelesaikannya di luar pengadilan, namun hingga kini belum ada penyelesaiannya,” kata Pahrozi, kuasa hukum Irfan Kurnia, dari kantor hukum Rozi-rozi kepada Cyberthreat.id, beberapa waktu lalu.
Karena tak ada itikad baik dari BTN, Irfan Kurnia pun mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sidang perdana gugatan ini dimulai pada Rabu (11 November 2020), tanpa kehadiran Bank BTN.
Bagaimana perkara ini bermula? Ini riwayat kasusnya yang didokumentasikan Pahrozi yang dilihat Cyberthreat.id, Jumat (13 November)
Nasabah membuka dan menyetorkan simpanan uangnya di Bank BTN KCU Bogor sebesar Rp 3 miliar.
Sekitar pukul 10.37, nasabah menerima SMS dari Telkomsel pada GraPari Mall Tangerang City. Sekitar pukul 11.00, nasabah mulai curiga karena nomor kartu selulernya mendapat SMS, sedangkan dirinya sedang posisi di jalan tol. Nasabah lalu menelepon stafnya menggunakan kartu seluler tersebut dan ternyata kartu selulernya tidak bisa digunakan lagi.
Pada 1 Juli pukul 12.00, nasabah datang ke GraPARI Telkomsel di Bogor dan dan menanyakan kenapa kartu selulernya tidak bisa digunakan. Staf GraPARI Telkomsel Bogor menyampaikan bahwa kartu selulernya tersebut sudah dinonaktifkan/diblokir atas permintaan orang lain.
Setelah didesak, ditunjukkan tangkapan layar fotokopi KTP orang yang meminta menonaktifkan kartu seluler tersebut. Disarankan nasabah supaya mengamankan ATM dan M-Banking atas kejadian tersebut.
Berita Terkait:
Pada 1 Juli 2019 sekitar pukul 14.00, setelah mendengar informasi kartu selulernya tidak aktif tersebut dan ada kaitannya dengan tabungannya di bank, nasabah meminta stafnya (Ibu R) datang ke Bank BTN (Persero) KCU Bogor untuk menyiapkan layanan Premium supaya uang simpanannya di BTN KCU Bogor ditranfer ke rekening milik nasabah di bank lain.
Sesaat kemudian disampaikan oleh Bapak Arsyad (Petugas Bank BTN (Persero) KCU Bogor) bahwa permintaan transfer uang simpanan nasabah tidak bisa diperoses karena nomor HP atau kartu seluler pemilik rekening tersebut tidak dibisa dihubungi atau tidak aktif. Bapak Arsyad sempat berkomonikasi langsung dengan nasabah melalui handphone dan mengoonfirmasi bahwa kartu seluler yang tidak aktif tersebut adalah benar milik nasabah, namun tetap disampaikan tidak bisa diproses.
Nasabah dan stafnya datang ke Bank BTN (Persero) KCU Bogor untuk meminta Bank BTN (Persero) KCU Bogor mentransfer simpanannya ke rekening milik nasabah pada bank lain. Sehari sebelumnya tidak bisa diperoses dengan alasan kartu seluler pemilik rekening tidak bisa dihubungi. Ibu Ela Kepala (Priority banking KCU Bogor) menyampaikan kepada nasabah bahwa saldo simpanannya tinggal Rp 35.671.165.
Setelah dilakukan cetak buku bank diketahui ada penarikan uang tunai melalui ATM beberapa kali oleh pihak lain sebesar Rp 15.000.000 dan transfer secara RTGS dari rekening nasabah atas permintaan pihak lain kepada rekening tujuan No.2241495568 Bank BCA Cabang Batu Ceper milik orang lain sebesar Rp 2.950.035.000.
Bahwa selanjutnya atas bantuan bank lain ditemukan bukti form aplikasi isian pengiriman uang secara RTGS yang diperoses oleh Bank BTN (Persero) Cabang Tangerang tanggal 1 Juli 2019 :
Perkembangan laporan dan penegakan hukum:
2 Juli 2019. Irfan Kurnia (nasabah korban) diberitahu oleh pegawai Bank BTN KCU Bogor (Ibu Ella) bahwa saldo simpanan korban tinggal sebesar Rp 35.671.165 dari semula tabungan korban sebesar Rp 3 miliar. Raib uang simpanan korban tersebut karena ada penarikan uang melalui ATM dan RTGS (Real Time Gross Settlement) tanggal 1 Juli 2019 oleh pihak lain yaitu :
4 Juli 2019. Korban melalui kuasa hukumnya meminta ganti rugi kepada PT Bank Tabungan Negara (Persero), tapi bank belum memberikan ganti rugi yang diminta korban, bahkan menyatakan menunggu proses hukum.
24 Agustus 2019. Korban melaporkan peristiwa raibnya uang simpanannya di bank tersebut di Kepolisian Daerah Metro jaya. Tanda Bukti lapor nomor : TBL/5262/VIII/2019/PMJ/Dit.Rerkrimum.
19 Mei 2020. Penyidik menyampaikan surat pemberitahuan dimulainya penyidikan kepada kepala Kejaksaan Negeri Kota Tangerang.
29 Juli 2020. Karena belum ada titik terang atas laporannya maka korban melaporkan lagi peristiwa tersebut ke MABES POLRI, Surat tanda terima Lamporan nomor : STTL/263/VII/2020/BARESKRIM.
19 Agustus 2020. Atas laporan korban di Bareskrim tersebut, Bareskrim Polri melimpahkan laporan polisi tersebut ke Kepolisian Daerah Metro Jaya :
28 Agustus 2020. Karena belum ada titik terang atas laporan korban maka korban bersurat lagi ke Mabes Polri yang intinya korban meminta supaya Kepolisian Negara Republik Indonesia menindaklanjuti laporan korban.
Bahwa sampai dengan saat ini atas laporan tersebut sepanjang yang kami ketahui belum ada penetpan tersangka dan/atau surat pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan atas laporan tersebut.[]
Share: