IND | ENG
6 Alasan Mengapa Orang Mudah Percaya Hoaks

Ilustrasi | Foto: freepik.com

6 Alasan Mengapa Orang Mudah Percaya Hoaks
Tenri Gobel Diposting : Jumat, 23 Oktober 2020 - 18:09 WIB

Cyberthreat.id – Berlimpahnya informasi di media sosial  membuat potensi munculnya informasi keliru atau hoaks pun cukup besar. Setidaknya ada enam alasan mengapa hoaks lebih mudah dipercaya oleh masyarakat.

Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI bidang hukum, Henry Subiakto mengatakan, alasan pertama hoaks mudah dipercaya karena kecenderungan orang ingin membaca dan menyimpulkan secara cepat.

"Baru baca judulnya sudah benar nih, tanpa baca secara komprehensif isinya, sehingga disebut sebagai clickbait. Dan, langsung share. Itu yang terjadi. Itu yang disebut sebagai membaca, menyimpulkan secara cepat,” ujar Henry dalam sedaring bertajuk "Cerdas Bermedsos Lawan Hoax di Masa Pandemi Covid-19”, Jumat (23 Oktober 2020).

Kedua, fenomena confirmatory bias. Menurut dia, seseorang cenderung menerima informasi yang cocok atau sesuai dengan pandangan atau pemikirannya.

"Jadi dia sudah punya pikiran suudzon dulu sama pemerintah, punya pemikiran enggak suka sama pemerintah, dapat hoaks, misalnya, hoaks pemerintah bikin vaksin tidak halal: langsung percaya. Padahal tidak, belum ada itu. Itu namanya confirmatory bias,” kata Henry.

Dengan keadaan seperti itu, juga ditambah oleh rekan-rekannya juga terkena hoaks, maka mereka akan tambah lebih percaya lagi dengan pesan salah itu—biasa disebut echo chambers yaitu satu kelompok yang terkena hoaks dan menganggap bahwa itu benar.

Ketiga, social pressure. Henry mengatakan alasan satu ini karena seseorang cenderung setuju dan percaya karena yang menyebarkan atau yang memberikan informasi itu temannya yang satu ide.

"Yang ngasih kebetulan teman satu kantor, teman satu kelompok agama, teman-teman satu almamater, itu juga social pressure yang sering kali muncul hoaks menjadi dipercaya,” ujar Henry.

Keempat, kecenderungan kurang mengevaluasi kredibilitas siapa yang memberikan informasi. "Hanya di WhatsApp Group, langsung percaya,” ujarnya.

Seharusnya, kata Henry, jika ada informasi menyangkut hal yang penting atau menyangkut pandangan tertentu, sekalipun tidak jelas siapa yang menulis, bersikaplah skeptis atau tidak mudah percaya. Sayangnya, seseorang cenderung memang malah percaya pada sumber yang tidak jelas.

Kelima, kurang kritis terhadap informasi yang membangkitkan emosi. Henry mengatakan seringkali masyarakat jika mendapatkan  informasi yang menyukainya, menyerang bahwa sadar primitifnya, langsung emosi lebih dulu,dan kadang-kadang hal itu menyebabkan tidak kritis.

Terakhir, seseorang mudah percaya karena informasinya berulang-ulang. Henry mengatakan, kondisi ini disebut sebagai illusory truth effect.

"Padahal memang sengaja yang namanya hoaks ‘disemprotkan’ berulang-ulang, dalam teori komunikasi sengaja penyebar hoaks melakukannya supaya [pesan itu] berpengaruh,” ujar Henry.

Ia pun mendorong masyarakat jika mendapati pesan atau informasi yang tidak diketahui kebenarannya bisa melapor ke tim Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) melalui nomor 085574676701. “Itu kerja sama dengan kominfo,” ujar dia.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#hoaks   #mediasosial   #internet

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Menteri Budi Arie Apresiasi Kolaborasi Perkuat Transformasi Digital Pemerintahan
Survei APJII, Pengguna Internet Indonesia 2024 Mencapai 221,5 Juta Jiwa
Butuh Informasi Pemilu? Menteri Budi Arie: Buka pemiludamaipedia!
Agar Tak Jadi Korban Hoaks, Menkominfo: Gampang, Ingat BAS!