
Kepala Pusat Studi Forensika Digital Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Yudi Prayudi
Kepala Pusat Studi Forensika Digital Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Yudi Prayudi
Cyberthreat.id - Kepala Pusat Studi Forensika Digital Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Yudi Prayudi mengatakan bahwa secanggih apa pun tindakan kejahatan siber, bisa ditangani karena setiap kejahatan pasti meninggalkan jejak.
“Secanggih apapun tindakan-tindakan cybercrime itu ternyata akhirnya bisa ditangani. Walaupun juga diakui banyak aktivitas cyber crime yang ternyata juga belum bisa ditangani. Namun, prinsipnya kejahatan pasti meninggalkan jejak,” kata Yudi dalam webinar “Penanganan Cyber Crime di Era Globalisasi”, Selasa (20 Oktober 2020)
Menurut Yudi, setiap aktivitas di dunia digital, akan menghasilkan sebuah artefak digital yang tidak akan pernah hilang.
"Kejahatan meninggalkan jejak, ada prinsip bahwa sekali kita membuat artefak digital, maka itu tidak akan pernah hilang,” katanya.
Namun, yang bisa mengembalikan artefak itu adalah bagian forensik, dalam hal ini digital forensik.
"Orang forensik lah yang akan bertugas, bekerja keras, bagaimana caranya agar bisa mengembalikan artefak tersebut,” kata dia.
Yudi pun mengakui terkadang ada artefak digital yang kualitas atau kuantitasnya kurang. Namun, kata dia, itu kembali pada kemampuan sumber daya manusia yang bertugas menangani digital forensik untuk membuatnya bisa dihadirkan sebagai fakta untuk barang bukti.
Pemeriksa Utama Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri, Kombes Pol. Muhammad Nuh Al-Azhar, sepakat dengan yang disampaikan Yudi. Menurutnya, dalam dunia forensik memang dikenal prinsip kejahatan meninggalkan jejak. Contohnya seperti sidik jari yang dianalisis untuk mengidentifikasi tersangka.
Hal serupa juga berlaku di dunia siber. Dari mana jejaknya? Nuh menjelaskan ketika mengakses suatu file atau sebuah perangkat.
"Jangankan mengakses satu file, ketika menghidupkan satu komputer, itu juga sudah kelihatan ada jejaknya pukul sekian, tanggal sekian komputer itu dinyalakan, ada jejaknya,” kata Nuh.
Tak hanya mengakses file atau sebuah perangkat, Nuh menjelaskan, saat membuka sebuah file, menghapus, atau menggantinya, jejaknya terekam dalam bentuk log. Untuk jejak paling lengkap, kata Nuh, biasanya ada di sistem operasi Linux.[]
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: