
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengemukakan serangan siber yang terpantau selama 2019 sebanyak 290,3 juta serangan.
Dari jumlah itu, serangan terbesar adalah upaya pencurian data dan perangkat lunak jahat (malware)
"Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, serangan terbesar pada 2019 adalah serangan percobaan kebocoran data. Fakta ini cukup menarik, mengingat beberapa tahun sebelumnya serangan siber hanya didominasi oleh malware dan SQL injection," ujar Direktur Proteksi Ekonomi Digital, Anton Setiyawan, dalam sedaring BSSN bertajuk "Proteksi Aplikasi Web dari Pembocoran Data", Rabu (14 Oktober 2020).
Anton mengingatkan bahwa upaya serangan terhadap pencurian data perlu menjadi perhatian. “Jika ini sampai terjadi, tentu akan menjadi hal yang sangat genting," ujar dia.
Menurut data Verizon 2020, 45 persen insiden kebocoran data dilakukan melalui peretasan dan 58 persen targetnya adalah data pribadi. Sementara, ditinjau dari korban, sebanyak 20 persen ialah pelaku usaha kecil.
“Ini artinya kita tidak hanya memberikan perhatian bagi bisnis besar, tetapi juga usaha kecil. Dari data yang sama lebih dari 80 persen aktivitas hacking yang berasosiasi terkait kebocroan data berkaitan erat dengan pencurian kredensial,” ujar Anton mengutip data tersebut.
"Sudah seharusnya kita memberikan perhatian lebih terkait keamanan data, terutama data penting terkait data pribadi. Terlebih ancaman siber terus meningkat sesuai dengan penetrasi internet masyarakat,” ia menambahkan.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: