IND | ENG
Kini AS Cari Pembuat 5G di Luar China

Donald Trump. | Foto: oregonlive

Kini AS Cari Pembuat 5G di Luar China
Nemo Ikram Diposting : Senin, 24 Juni 2019 - 10:01 WIB

Washington, Cyberthreat.id - Presiden AS Donald Trump sedang mencari dan mengeksplorasi peluang untuk membuat peralatan seluler 5G  yang digunakan di Amerika Serikat untuk dirancang dan diproduksi di luar China. Demikian laporan Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, Minggu (23 Juni 2019), 

Ditambahkan, sebagai bagian dari tinjauan 150 hari yang dimulai setelah masalah keamanan siber di Amerika Serikat, para pejabat bertanya kepada pembuat peralatan telekomunikasi apakah mereka dapat mengembangkan perangkat keras yang terikat di AS termasuk menara seluler elektronik serta router dan sakelar, dan perangkat lunak di luar China.

Pembicaraan itu masih tahap informal, kata WSJ, dan setiap perintah eksekutif hanya menyerukan daftar aturan dan peraturan yang diusulkan sebelum batas waktu 150 hari, pada bulan Oktober, sehingga setiap keputusan dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diadopsi.

Reuters melaporkan, pada Mei lalu, administrasi Trump membidik Huawei Technologies Co Ltd Cina, melarang perusahaan membeli teknologi vital AS tanpa persetujuan khusus dan secara efektif melarang peralatannya dari jaringan telekomunikasi AS dengan alasan keamanan nasional.

Memang persoalan AS-China ini menyangkut harga diri. Sebetulnya dari berbagai informasi yang digali Cyberthreat.id, rangakaian riawayat pemblokiran Huawei itu adalah bagian upaya AS untuk merusak perkembangan teknologi China yang sudah melampuinya. Ini adalah perang super-komputer.

Lagkah itu makin terlihat setelah AS memblokir empat perusahaan teknologi dan lembaga penelitian China dengan alasan mengancam keamanan nasional Amerika. Sebelumnya, nasib yang sama juga dialami produsen telekomunikasi China Huawei Technologies.

Kemudian disususul Wuxi Jiangnan Institute of Computing Technology, yang terlibat dalam superkomputer, sebuah area di mana China telah membuat langkah signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut AS, lembaga ini dimiliki oleh Tentara Pembebasan Rakyat China.

Bob Sorensen, wakil presiden penelitian dan teknologi di Hyperion Research yang berbasis di Minneapolis, memiliki pandangan bahwa upaya AS itu tidak akan menghentikan China dalam jangka panjang.

Langkah itu juga kemungkinan berdampak pada produsen chip AS seperti Intel dan Nvidia, dan para ahli khawatir tindakan AS itu dapat menambah lebih banyak motivasi bagi China untuk meningkatkan industri teknologinya sendiri, yang telah dicari negara selama beberapa tahun untuk membuat independen dari sumber komponen asing.

"Dalam jangka pendek, kami menyakiti perusahaan-perusahaan AS, dan dalam jangka panjang kami membantu orang China maju lebih cepat," kata Tarek El-Ghazawi, seorang profesor teknik komputer di Universitas George Washington yang berspesialisasi dalam superkomputer, sebagaimana dilansir Washingtonpost.com.

El-Ghazawi melanjutkan, bahwa beberapa entitas China yang ditargetkan oleh tindakan A.S. minggu ini diduga mengembangkan komputer "exascale" yang kira-kira 8 hingga 10 kali lebih cepat daripada yang terbaik saat ini, mampu melakukan perhitungan trilyun per detik. "AS mungkin memiliki komputer exascale sekitar satu atau dua tahun mendatang." []

#huawei   #5g   #siber   #donaldtrump   #as   #china

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Pemerintah Dorong Industri Pusat Data Indonesia Go Global