
Ilustrasi | Foto: Unsplash/Daniel Stub
Ilustrasi | Foto: Unsplash/Daniel Stub
Cyberthreat.id – Mengingat makin luasnya ancaman di masa depan, Tentara Nasional Indonesia butuh peningkatan kualitas personel sebagai bagian modernisasi alutsista. Selain penguatan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal, prioritas berikutnya adalah pertahanan siber.
"Hal yang perlu diperhatikan, seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, prioritas berikutnya adalah memperkuat pertahanan siber (cyber defence)," ujar Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati, kepada Cyberthreat.id, Selasa (6 Oktober 2020).
"Secara menyeluruh seharusnya SDM TNI mendapat pendidikan teknologi," Nuning, begitu sapaan akrabnya, menambahkan.
Kemajuan teknologi, menurut dia, mendorong terjadinya Revolutionary in Military Affairs (RMA) gelombang kedua dengan fokus menghadapi ancaman hybrid warfare.
Karakteristik dan ciri utama dari ancaman hybrid warfare ialah kombinasi strategi perang konvensional dan non-konvensional, termasuk serangan siber, tekanan ekonomi, tekanan diplomatik, penggunaan proksi non-aktor negara, propaganda di media sosial hingga pemberontakan.
Kondisi tersebut membuat banyak negara kini merumuskan strategi untuk menghadapi ancaman siber, tutur dia.
Nuning pun menyoroti fenomena serangan siber yang terjadi saat ini, seperti menargetkan infrastruktur kritis, pencurian data strategis, spionase, propaganda di media sosial, terorisme, dan ancaman siber lain yang sudah berlangsung di berbagai negara.
Hal senada disampaikan Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Ardi Sutedja. Menurut Ardi, TNI harus mempersiapkan SDM yang matang dalam teknologi, bukan SDM yang sekadar tahu cara memanfaatkan tehnologi.
"Ini terkait juga dengan industri yang bersifat high tech," ujar Ardi yang menyarankan dalam rekrutmen benar-benar diperhatikan dari segi kualitas.
Pilihan pemerintah dan TNI untuk melakukan investasi pertahanan adalah langkah tepat, kata Ardi. Investasi artinya semua pengadaan terkait dengan alutsista akan mensyaratkan adanya fasilitas produksi dan rekayasa serta litbang di dalam negeri. (Baca: Presiden Jokowi Minta TNI Harus Bergerak ke Transformasi Digital)
Dengan investasi seperti itu, kata Ardi, akan terjadi peningkatan pengetahuan SDM, inovasi teknologi melalui alih teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan terciptanya ekosistem industri pertahanan nasional.
"Karena kalau belanja [alutsista] saja tidak ada peralihan teknologi dan pengembangan teknologi di dalam negeri, semuanya hanya impor," ujar Ardi.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: