
Ilustrasi | Foto: Unsplash
Ilustrasi | Foto: Unsplash
Cyberthreat.id – TikTok sedikit mendapatkan angin segar.
Pada Kamis (24 September 2020) Hakim Distrik AS Carl Nichols mengatakan, pemerintah Presiden Donald Trump diberi dua pilihan terkait larangan TikTok tersedia di toko aplikasi baik Google maupun Apple.
Yaitu, harus menunda perintah larangan atau mengajukan tanggapan hukum atas permintaan TikTok guna membela keputusannya sebelum pukul 14.30 waktu setempat pada Jumat (25 September 2020), seperti dikutip dari Reuters, Jumat.
Pada Jumat pekan lalu, Departemen Perdagangan AS memerintahkan agar toko aplikasi melarang menawarkan TikTok pada 20 September, tapi kemudian ditunda hingga 27 September. Larangan juga berlaku untuk WeChat, aplikasi pesan daring milik Tencent Holdings asal China.
Di saat keluarnya perintah larangan itu, pada Sabtu pekan lalu, hakim federal di San Fransisco mengeluarkan perintah awal yang membatalkan larangan terhadap WeChat. Keluarnya perintah awal tersebut karena pengguna WeChat AS lebih dulu mengajukan gugatan.
TikTok sendiri baru mengajukan permintaan kepada hakim pada Rabu (23 September). (Baca: Tiru WeChat, TikTok Berharap Hakim AS Batalkan Larangan di Toko Aplikasi)
Departemen Perdagangan mengatakan lembaganya berencana untuk melawan kembali atas keputusan yang dikeluarkan hakim terkait WeChat, tetapi pengacara pemerintah belum mengajukan banding.
TikTok mengatakan pelarangan di toko aplikasi tersebut "tidak didorongi oleh murni masalah keamanan nasional, tapi pertimbangan politik yang berkaitan dengan pemilihan umum yang akan datang."
TikTok mengatakan jika perintah itu tidak diblokir, "ratusan juta orang Amerika yang belum mengunduh TikTok akan tertutup dari komunitas online yang besar dan beragam ini”, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24 September)
Pada Sabtu (19 September), induk perusahaan TikTok berkantor di Beijing, ByteDance, dikabarkan bersepakat dengan proposal pembelian dari Walmart dan Oracle.
Penjualan TikTok AS didorong oleh ancaman Presiden AS Donald Trump pada Agustus lalu. ByteDance diberi waktu 90 hari untuk melepas kepemilikan TikTok atau tak bisa beroperasi di AS. TikTok dan WeChat dianggap mengancam keamanan nasional AS
Awalnya, Microsoft yang getol ingin membeli TikTok, tapi batal karena tidak ada kecocokan. Tawaran yang mungkin masuk akal bagi ByteDance datang dari Oracle Corp (perusahaan perangkat lunak) dan Walmart Inc (perusahaan ritel).
Kesepakatan ketiganya ialah membentuk perusahaan baru bernama TikTok Global. Terjadi pernyataan berbeda antara ByteDance dan Oracle-Walmart.
Pada Senin lalu, ByteDance menyebutkan bahwa Oracle-Walmart akan mendapatkan saham masing-masing 12,5 persen dan 7,5 persen. TikTok Global, kata perusahaan, juga bakal di bawah kendali ByteDance.
Sementara, pada hari yang sama Oracle mengatakan kepemilikan ByteDance atas TikTok akan didistribusikan kepada investor ByteDance, dan perusahaan yang berkantor di Beijing itu tidak akan memiliki saham di TikTok Global.
Trump juga sebelumnya mengancam bahwa dirinya tidak akan menyetujui kesepakatan pembelian jika ByteDance masih memegang kendali atas TikTok.[]
Share: