IND | ENG
Pakar Sarankan Satsiber TNI AU Bentuk SOC Secepatnya

Chairman CISSReC Dr. Pratama Persadha

Pakar Sarankan Satsiber TNI AU Bentuk SOC Secepatnya
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Sabtu, 19 September 2020 - 12:46 WIB

Cyberthreat.id - TNI Angkatan Udara disarankan membentuk Cybersecurity Operation Center (SOC) untuk membantu pengamanan yang dilakukan Satuan Siber Dinas Pengamanan dan Persandian Angkatan Udara (Satsiber Dispamsanau).

Hal ini diungkapkan Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC, Pratama Persadha. Ia mengatakan bahwa Satsiber Dispamsanau membentuk SOC yang nantinya berkoordinasi dengan SOC milik TNI AD, TNI AL hingga mabes TNI. Semua itu, kata dia, merupakan upaya besar TNI membentuk kekuatan cyber army (Matra cyber).

"SOC ini berbeda dengan yang dimiliki dengan BSSN," kata Pratama kepada Cyberthreat.id, Sabtu (19 September 2020).

SOC, menurut dia, hanya memantau serangan siber yang terjadi di ranah militer saja, khususnya di TNI AU. SOC juga harus dilengkapi dengan Lab Siber untuk melakukan penelitian terkait dengan serangan siber dan alutsista siber.

"Kalau di TNI cukup SOC di wilayah militer saja menurut saya. Biar tidak tumpang tindih. Lab Siber perlu punya sendiri juga, sebelum punya bisa kerjasama dgn institusi lain dulu, misalnya BSSN atau BIN," jelas Pratama.

Satsiber Dispamsanau yang dibentuk oleh TNI AU merupakan sebuah kebutuhan. Setiap elemen pertahanan di tanah air, kata dia, memang diharapkan memiliki satuan khusus untuk mengantisipasi ancaman siber sedari dini.

Pembentukan ini diharapkan bisa membantu kesiapsiagaan TNI AU di wilayah siber. Paling tidak, ada beberapa fungsi yang harus dilakukan seperti fungsi deteksi dini, fungsi pencegahan, dan fungsi mitigasi.

"Lebih penting lagi, Satsiber Dispamsanau diharapkan bisa menjadi pusat Pendidikan siber TNI AU bekerja sama dengan Pusdikbud AU. SDM yang ahli dalam perang siber ini sangat dibutuhkan agar tidak selalu tergantung dengan SDM asing."

Dalam upaya memperkuat pertahanan siber, TNI AU diharapkan menghasilkan SDM organik sebanyak mungkin. Dari sisi fungsi deteksi dini TNI AU dalam jangka panjang seharusnya akan banyak bekerjasama dengan ATC bandara untuk mengatasi ancaman peretasan pada ATC bandara secara bersama-sama.

Terlebih, menurut Pratama, serangan siber ke militer Angkatan Udara semakin beragam. Misalnya sistem navigasi pesawat, sistem komunikasi air to ground, sistem persenjataan udara yang semuanya telah dikontrol menggunakan sistem komputer.

"Bisa dibayangkan bagaimana akibatnya jika wilayah udara Indonesia diacak-acak hacker akibat system ATC beberapa bandar diretas dan diubah informasinya."

Kondisi saat ini dengan berbagai ancaman perang siber semakin besar sehingga TNI dituntut meningkatkan kemampuannya sebagai salah satu komponen utama pertahanan negara. Beberapa negara sudah terlibat dalam konflik perang siber maupun hybridwarfare, seperti antara Rusia dengan Georgia maupun Ukraina.

Doktrin perang modern sekarang tidak hanya peperangan fisik oleh militer, namun juga melibatkan perang siber yang komponennya merupakan gabungan militer dan sipil. Artinya, Satsiber Dispamsanau ke depan juga bisa ditingkatkan kemampuan hackingnya, namun fungsinya deteksi dini, pencegahan dan mitigasi tidak boleh dilupakan untuk lebih dahulu diperkuat.

"Untuk meningkatkan kemampuan siber ini perlu kerjasama dengan banyak pihak. Komunitas hacker, akademisi, praktisi, instansi pemerintah, swasta, dan lain-lain," tegas Pratama. []

Redaktur: Arif Rahman

#SOC   #tniau   #CISSReC   #laboratoriumsiber   #matracyber   #sdmunggul   #kolaborasi   #akademisi   #komunitas

Share:




BACA JUGA
Awas SpectralBlur! Ancaman Backdoor macOS Terbaru dari Korea Utara
TikTok Shop Resmi Ditutup Mulai 4 Oktober Sore, Ini Dampaknya
Menteri Kominfo Bahas Fenomena Baru Social Commerce
BSSN Angkat Perwira TNI AU sebagai Direktur Keamanan Siber
Terungkap! Ini Cara Penipu Malware 'J&T Express' Mengeruk Uang Korban