IND | ENG
Eks Wamenlu AS: Pilpres Lupakan Koran, Beralih ke Media Sosial

Tara D Sonenshine

Eks Wamenlu AS: Pilpres Lupakan Koran, Beralih ke Media Sosial
Arif Rahman Diposting : Senin, 14 September 2020 - 23:01 WIB

Cyberthreat.id - Tara D Sonenshine, Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk bidang diplomasi publik dan urusan publik, menyatakan pertarungan di Pilpres AS tidak akan lagi menggunakan dukungan surat kabar dan beralih kepada saluran komunikasi yang lebih masif yakni media sosial.

"Mengingat kurangnya kepercayaan publik pada media, mungkin inilah saatnya bagi surat kabar untuk berhenti memberi dukungan (kepada capres) melalui editorial. Risiko mengasingkan konsumen (pembaca) berita terlalu tinggi pada saat informasi dipecah-pecah (dipelintir)," ungkap Tara dalam kolom opininya yang dimuat The Hill, Senin (14 September 2020).

Pekan lalu, Los Angeles Times resmi mendukung calon dari Partai Demokrat, Joe Biden. Sebagian besar pembaca surat kabar itu mungkin tidak terkejut mengingat pasangan Biden, Kamala Harris, adalah senator AS dari Los Angeles, California.

Dukungan surat kabar biasanya lebih berarti ketika jumlah pembaca tinggi dan persaingan antar surat kabar sangat ketat. Pada tahun 1850-an, Abraham Lincoln membeli surat kabar Jerman untuk mengumpulkan suara dan dukungan. Lincoln membeli Illinois Staats-Anzeiger dan memintanya untuk mendukung Partai Republik dalam pemilihan umum tahun 1860.

Satu abad kemudian, sebagian besar surat kabar mendukung upaya Richard Nixon (Partai Republik) untuk dipilih kembali dalam pemilihan presiden tahun 1972. Hanya 7 persen surat kabar tahun itu memilih George McGovern, calon dari Partai Demokrat.

Tiga dekade kemudian, ruang informasi berubah sangat besar dengan penduduk AS yang terus bertambah, tetapi mendapatkan berita dan informasi melalui media sosial. Pada masa ini, jumlah outlet berita digital (media siber) tumbuh secara eksponensial.

Mengembalikan Kepercayaan kepada Jurnalisme

Saat ini, dukungan surat kabar tidak terlalu berdampak, tetapi terkadang juga dapat membingungkan banyak hal.  Banyak yang mengkritik New York Times tahun lalu ketika surat kabar ini seolah tidak dapat memutuskan kandidat mana yang akan didukung dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat 2020.

Hingga akhirnya New York Times melanggar tradisi dengan mendukung dua orang: Sens. Amy Klobuchar (D-Minn.) Dan Elizabeth Warren (D  -Mass.) - tidak satupun dari mereka berhasil memenangi persaingan.

Artinya, dukungan surat kabar sebenarnya tidak banyak membantu. Ketika Donald Trump menjadi capres dari Partai Republik pada 2016, dia menerima sedikit dukungan dari dewan editorial surat kabar terbesar di AS, dibandingkan kandidat presiden dari partai lain.

"Faktanya, Trump memenangkan pemilihan," ujar Tara yang juga peneliti di Sekolah Media dan Humas, George Washington University.

Empat tahun lalu, dari 100 surat kabar terbesar di AS, hanya sedikit - termasuk The Las Vegas Review-Journal dan Florida Times-Union di Jacksonville - yang mendukung Trump.

Capres Partai Demokrat Hillary Clinton menerima dukungan dari 57 dewan editorial surat kabar di seantero AS, termasuk surat kabar yang biasanya mendukung Partai Republik, seperti Dallas Morning News, Republik Arizona dan San Diego Union-Tribune. 

Walaupun semua editorial surat kabar itu mendukung Clinton, tetapi Trump unggul karena menguasai ruang cyber, misalnya lewat teori konspirasi yang banyak beredar di Internet. Sementara surat kabar yang mendukung Clinton malah menyuarakan dengan tegas "Tolak Trump". Kubu Clinton sempat percaya diri bakal menang, tapi faktanya Trump yang berkuasa.

"Dengan meningkatnya potensi kekerasan dan kerusuhan sipil AS di musim pemilu tahun ini. Ditambah dengan prioritas kesehatan masyarakat terdampak pandemi, inilah saat yang tepat untuk membiarkan pemilih, bukan editor, yang memutuskan. Menjauhkan media dari politik dan bisnis peliputan berita dapat membuat kita kembali ke jalur yang tepat untuk membangun kepercayaan pada jurnalisme." []

#Mediasosial   #Pilpres   #pemilu   #suratkabar   #mediasiber   #digitalisasi   #hoax   #disinformasi   #kampanye

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Menteri Budi Arie Apresiasi Kolaborasi Perkuat Transformasi Digital Pemerintahan
Dukung Digitalisasi Aceh, Wamen Nezar Patria Percepat Pemerataan Konektivitas dan Talenta Digital
Butuh Informasi Pemilu? Menteri Budi Arie: Buka pemiludamaipedia!
Agar Tak Jadi Korban Hoaks, Menkominfo: Gampang, Ingat BAS!