
TikTok | Foto: Unsplash
TikTok | Foto: Unsplash
Cyberthreat.id – ByteDance, induk perusahaan TikTok, menyatakan tak menjual platformnya di Amerika Serikat, Minggu (13 September 2020).
Microsoft Inc yang sebelumnya ingin membeli TikTok harus gigit jari. (Baca: Microsoft Gagal Caplok TikTok)
Selain Microsoft, sebelumnya Oracle, perusahaan perangkat lunak sistem manajemen basis data, juga tertarik untuk membeli TikTok.
Menurut Reuters, yang mengutip sejumlah sumber anonimnya, tampaknya ByteDance justru tertarik untuk bermitra Oracle—langkah yang diharapkan untuk terhindar dari larangan AS.
Dalam proposal yang diajukan, Oracle akan menjadi mitra teknologi ByteDance dan diperkirakan mengelola data pengguna TikTok di AS, kata sumber itu.
Oracle juga sedang negosiasi untuk mengambil saham operasi TikTok di AS.
Beberapa pendukung utama ByteDance, termasuk perusahaan investasi General Atlantic dan Sequoia, juga bakal diberikan saham minoritas dalam operasi TikTok di AS berdasarkan proposal tersebut, kata salah satu sumber.
Ketua Oracle Larry Ellison adalah salah satu dari sedikit pendukung Trump di dunia teknologi. Perusahaannya memiliki kemampuan teknologi yang signifikan dalam menangani dan mengamankan data, tetapi tidak memiliki pengalaman media sosial. Pelanggannya terdiri dari perusahaan, bukan konsumen. Data pengguna TikTok saat ini disimpan di cloud milik Google.
TikTok terkenal karena video pendek yang menjadi viral di kalangan remaja. Namun, saat ini posisi TikTok di AS dalam kondisi terjepit.
Presiden AS Donald Trump telah memberi waktu hingga pertengahan September ini untuk segera memutuskan TikTok AS dilego kepada perusahaan AS.
Baca:
Jika tidak ada kesepakatan antara TikTok dengan pembeli AS, Trump mengancam akan memblokir TikTok di AS karena perusahaan dituding memasok data pengguna TikTok AS ke China.
TikTok sendiri membantah tudingan itu berkali-kali dan menyatakan tidak akan pernah memenuhi permintaan apa pun dari Otoritas China untuk berbagi data pengguna.
Awal Agustus lalu, Trump telah meneken surat perintah eksekutif yang berisi larangan BytDance dan Tencent Holdings, induk perusahaan WeChat, untuk bertransaksi dengan perusahaan dan individu AS. Alasan pemerintah AS melarang WeChat masih belum jelas karena aplikasi cukup jarang dipakai pengguna AS, kecuali komunitas China atau keturunan di AS. Larangan mulai berlaku per 20 September 2020.
Sebagai perusahaan yang berpusat di Beijing, China pun mempersulit negosiasi TikTok. Pemerintah China memperbarui aturan ekspor teknologi dan menyatakan lebih suka melihat TikTok ditutup di AS daripada membiarkannya menjadi bagian dari penjualan paksa. (Baca: Mengapa China Lebih Suka TikTok Ditutup daripada Dijual Paksa ke Perusahaan Amerika?)[]
Share: