IND | ENG
Aktivitas Online Meningkat, Ini yang Paling Dikhawatirkan Pengguna Internet di Asia Tenggara

Ilustrasi

Aktivitas Online Meningkat, Ini yang Paling Dikhawatirkan Pengguna Internet di Asia Tenggara
Faisal Hafis Diposting : Jumat, 11 September 2020 - 17:30 WIB

Cyberthreat.id - Kegiatan online masyarakat yang semakin meningkat akibat pandemi Covid-19 di wilayah Asia Tenggara nyatanya turut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengguna internet terkait aktivitasnya di dunia maya.

Survei Kaspersky berjudul "More connected than ever before: how we build our digital comfort zones" menunjukkan sebagian besar pengguna di kawasan tersebut menghabiskan lima sampai sepuluh jam untuk ber-online ria.

Mensurvei sebanyak 760 orang pada Mei lalu, lima aktivitas online paling sering dilakukan masyarakat di Asia Tenggara adalah belanja online (64 persen), streaming konten dan bermain game online (58 persen), berkomunikasi secara daring dengan keluarga dan teman (56 persen), transaksi keuangan (47 persen) serta mengikuti tutorial daring (39 persen).

"Aktivitas online kita kini dilakukan di dalam rumah, mulai dari rapat kerja, belanja, transaksi keuangan, kegiatan sekolah, komunikasi sosial dan masih banyak lagi. Ini sekaligus menunjukkan bahwa betapa banyak manfaat dari teknologi yang telah diperoleh," kata General Manager South East Asia Kaspersky, Yeo Siang Tiong, Jumat (11 September 2020).

Meski begitu, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran para pengguna di kawasan tersebut. 69 persen responden mengaku khawatir bertransaksi keuangan secara online.

Ketika ditanya apa yang dikhawatirkan, sebanyak 42 persen responden mengaku takut seseorang yang tidak diinginkan mengakses detail informasi keuangannya. Pengaksesan data pribadi oleh pihak ketiga juga menjadi isu bagi pengguna di Asia Tenggara dengan 37 persen responden khawatir dokumen mereka bisa diakses oleh pihak ketiga.

Sebanyak 35 persen lainnya mengaku khawatir akan pengambil alihan kendali perangkat mereka dikarenakan menggunakan koneksi internet yang tidak aman.

"Kekhawatiran yang kami ungkapkan dalam penelitian telah membuktikan bahwa ada kesadaran yang berkembang terhadap kekejaman serangan dunia maya," ujar Tiong.

Selain itu, Tiong mengatakan masih ada 37 persen pengguna internet di Asia Tenggara yang menganggap mereka tidak berisiko karena masih ada orang lain  yang lebih menarik bagi para aktor jahat.

Pemikiran seperti itulah, kata Tiong, yang harus dihentikan dan diubah. Sebaiknya, masyarakat harus beranggapan "setiap orang yang memiliki data dan uang dapat menjadi target para pelaku kejahatan siber".

Dengan demikian, menurut Tiong masyarakat akan lebih peduli terhadap keamanan sibernya, seperti menerapkan kata sandi yang kuat, menggunakan antivirus tepercaya serta memakai perangkat lunak "Privacy Checker" yang akan membantu menyetel profil media sosialnya menjadi lebih terjaga.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

#kaspersky   #keamanansiber   #digital

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi