
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Sejumlah rumah sakit dan perusahaan milik pemerintah Thailand dihantam badai serangan peretas ransomware awal September lalu.
“Rumah sakit dan perusahaan pemerintah diretas dengan cara yang sama, seperti di RS Saraburi,” kata Kepala Pusat Anti Berita Palsu Thailand, Mayjen Phanthana Nutchanart, pada Kamis (10 September 2020) seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11 September)
Serangan siber itu berupa mengunci sistem komputer—biasanya file-file di komputer berubah ekstensinya dan tak bisa dibuka—juga peretas biasa meminta uang tebusan bila korban ingin file-file bisa kembali diakses.
RS Saraburi tidak dapat mengakses datanya pada 5 September sehingga berimbas operasional rumah sakit. Para pegawai terpaksa mengandalkan kerja manual.
Beberapa instansi, menurut Nutchanart, menerima permintaan tebusan dan telah membayar untuk mengambil data. Jumlah yang dibayarkan tak ebih dari 1 juta baht (US$ 32.000 = sekitar Rp 478.350.400).
Nutchanart mengatakan, masih belum bisa memastikan berapa jumlah instansi yang terkena serangan karena masih diselidiki.
Serangan tersebut mengingatkan badai ransomware yang menggegerkan dunia pada 2017, khususnya instansi kesehatan. Ransomware WannaCry kala itu mengganggu rumah sakit dan bisnis di seluruh dunia, tak terkecuali RS Dharmais dan RS Harapan Kita di Jakarta.
Polisi Thailand menduga “virus” itu berasal dari Eropa.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: