
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - China memblokir bahasa pemrograman berbasis visual yang banyak digunakan anak-anak, Scratch. Warga China kini tidak bisa lagi mengakses situs web bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh MIT MEDIA LAB dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat (AS) tersebut.
Scratch dirancang untuk pembelajaran anak-anak usia 8 sampai 16 tahun. Bahasa ini memudahkan programmer dalam membuat program tanpa perlu khawatir dengan penulisan sintaksis karena tidak perlu menulis kode. Hanya dengan "drag and drop" blok-blok kode yang sudah disediakan, kemudian disusun, dan membentuk sebuah logika yang bisa di jalankan sehingga menjadi program.
Great Firewall of China (Greatfire.org) - teknologi untuk mengatur/memantau internet dalam negeri - mencatat bahwa pemerintah negeri Tirai Bambu telah memblokir sepenuhnya situs web Scratch sejak 21 Agustus lalu.
Proyek yang terdapat dalam Scratch dianggap mengandung konten yang menghina China, menyebarkan rumor tak sedap dan mendiskreditkan China. Akibatnya, Scratch dianggap melanggar peraturan China yang berujung pada diblokirnya bahasa pemrograman yang bisa membuat animasi, permainan, dan kreasi menarik lainnya tersebut.
Menurut informasi, Scratch digunakan oleh banyak anak-anak di China. Artinya, pemblokiran ini akan menjadi hambatan bagi China sendiri karena pemerintahnya berambisi untuk mengubah 200 juta anak-anak menjadi talenta teknologi level internasional.
Data TechCrunch menunjukkan hampir 60 juta anak di seluruh dunia menggunakan Scratch, termasuk anak-anak di China. Sebanyak 5,65 persen atau 3 juta pengguna berbasis di China yang juga terdaftar sebagai pengguna aktif Scratch.
"Scratch banyak digunakan di China oleh para pelajar. Di dalam sekolah, kode ini digunakan di banyak buku resmi IT untuk siswa sekolah dasar. Ada banyak kompetisi coding untuk anak-anak yang menggunakan Scratch," kata Kepela Eksekutif Dream Codes True (startup coding berbasis di China), Anqi Zhou, dilansir Tech Crunch, Selasa (8 September 2020).
Selain itu, founder Tangiplay (startup coding di Shenzen) Yi Zhang menyebutkan, Scratch ibarat tolak ukur bagi perangkat lunak pemrograman anak-anak. Bahkan, beberapa pendiri industri di China menggunakan Scratch sebagai pondasinya.
Belum jelas apakah pemblokiran ini bersifat permanen atau tidak. China tampaknya akan mendorong lebih banyak pemain lokal agar tumbuh, termasuk dalam industri bahasa pemrograman.
Salah satunya Code Mao. Startup coding yang berpusat di China tersebut merupakan pesaing dari Scratch. Mereka mengklaim Code Mao lebih kuat daripada Scratch.
NetEase dan Tencent juga ikut memanaskan persaingan dengan mendatangkan produknya sendiri-sendiri dalam segmen coding anak-anak.
"Jika pemblokiran ini permanen dan jika kompetisi serta sekolah-sekolah umum berhenti menggunakannya, kami juga akan mempertimbangkan untuk berhenti menggunakannya," ujar Anqi Zhou. []
Redaktur: Arif Rahman
Share: