
Ilustrasi foto: Dok. Sekretariat Kepresidenan
Ilustrasi foto: Dok. Sekretariat Kepresidenan
Cyberthreat.id - Presiden Joko Widodo dalam pertemuan dengan sejumlah pimpinan media massa di Istana Bogor pada Jumat malam (4 September 2020) mengatakan hacker di Indonesia saat ini tergolong orang muda.
Jawaban itu disampaikannya menjawab pertanyaan tentang peretasan terhadap sejumlah media online termasuk Tempo.co dan Tirto.id yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Hacker kita ini sangat muda-muda, anak SMA sudah bisa masuk ke lembaga-lembaga yang penting," kata Jokowi seperti dikutip dari Tempo.co.
Jokowi mengatakan peretasan terjadi di banyak tempat. Dia mengatakan mendengar kabar bahwa media sosial milik Perdana Menteri India, Narendra Modi juga menjadi sasaran peretasan. Jokowi bersyukur akun media sosialnya belum pernah diretas.
"Peretasan ini kan di mana-mana. Saya dengar media sosialnya PM India juga. Untung punya saya belum," ujarnya.
Sebelumnya, Komite Keselamatan Jurnalis Melawan Peretasan mencatat sedikitnya empat situs media massa diretas. Dua media massa yang secara terbuka menyatakan situsnya diretas adalah tempo.co dan tirto.id.
Situs Tempo diretas pada 21 Agustus 2020 dengan cara mengubah tampilan layar. Sementara dalam kasus Tirto.id, pelaku menghapus beberapa artikel terutama yang membahas keterlibatan BIN dan TNI dalam produksi obat Covid-19.
Didampingi LBH Pers, manajemen Tempo.co dan Tirto.id telah melaporkan kasus itu ke polisi pada 25 Agustus lalu.
Ade Wahyudin dari LBH Pers mengatakan pelaporan itu sebagai bentuk perlawanan kepada kasus-kasus serangan digital kepada media dan jurnalis. Menurutnya, penelusuran kasus peretasan yang menimpa media daring Tempo.co dan Tirto.id bukanlah perkara yang sulit bagi polisi.
“Saya pikir kalau memang aparat kepolisian berniat menyelesaikan kasus peretasan media, ini perkara yang tidak sulit. Karena bisa di-tracking aktivitasnya, ada juga beberapa pengakuan,” katanya.
Bertemu Orang Berpengaruh di Sosial Media
Dalam pertemuan itu, Jokowi juga mengatakan kerap bertemu orang-orang berpengaruh di media sosial empat hingga enam bulan sekali.
Jokowi mengatakan mendengar masukan mereka mengenai kondisi saat ini, terutama dari dari yang mereka amati di media sosial. "Kadang-kadang mereka kan sering bertemu dengan masyarakat juga," ujar dia.
Menanggapi berbagai keriuhan di jagat maya, Jokowi menilai media sosial di Indonesia terlalu demokratis. Ia mengatakan semua orang bisa bicara apapun di media sosial.
Jokowi mengaku menyempatkan diri melihat media sosial saat perjalanan satu jam dari Bogor ke Jakarta. Begitupun dalam perjalanan pulang ke Bogor dan sebelum tidur. Ia mengatakan membaca media sosial untuk mengikuti perkembangan.
"Malam sebelum tidur saya juga baca medsos. Saya gunakan untuk mengikuti perkembangan," katanya.[]
Share: