
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Pakistan memblokir lima aplikasi kencan daring, di antaranya yang populer Tinder dan Grindr karena tidak mematuhi aturan hukum setempat.
Pemerintah setempat menganggap platform-platform daring tersebut menyebarkan “konten-konten tak bermoral”, demikian seperti dikutip dari Reuters, diakses Rabu (2 September 2020).
Otoritas Telekomunikasi Pakistan (PTA) mengatakan telah mengirimkan pemberitahuan kepada manajemen lima aplikasi
Menurut PTA, pemberitahuan yang dikeluarkan untuk Tinder, Grindr, Tagged, Skout, dan SayHi meminta penghapusan dan moderasi konten streaming langsung sesuai dengan hukum setempat.
Sayangnya, perusahaan tidak merespons pemberitahuan dalam waktu yang ditentukan, tutur PTA.
Tinder, Tagged, Skout, dan Grindr enggan merespons pemblokiran.
Tinder, aplikasi kencan yang populer secara global, dimiliki oleh Match Group, sedangkan Tagged dan Skout dimiliki oleh Meet Group.
Grindr, jejaring sosial dan aplikasi kencan daring untuk kalangan LGBT, telah ditawarkan oleh sebuah perusahaan China tahun ini kepada investor bernama San Vicente Acquisition senilai US$ 620 juta.
Menurut perusahaan analisis aplikasi, Sensor Tower, menunjukkan Tinder telah diunduh lebih dari 440.000 kali di Pakistan dalam 12 bulan terakhir.
Sementara, Grindr, Tagged, dan SayHi masing-masing telah diunduh sekitar 300.000 kali dan Skout 100.000 kali dalam periode yang sama.
Para kritikus menyebut Pakistan telah berusaha untuk mengekang kebebasan berekspresi di internet, memblokir atau memerintahkan penghapusan konten yang dianggap tidak bermoral serta berita yang mengkritik pemerintah dan militer.
Pada Juli, Pakistan mengeluarkan "peringatan terakhir" untuk aplikasi video pendek TikTok atas konten eksplisit yang diposting di platform tersebut, sedangkan aplikasi streaming langsung Bigo Live diblokir selama 10 hari karena alasan yang sama.
Pekan lalu, PTA juga meminta platform berbagi video YouTube untuk "segera memblokir konten yang vulgar, tidak senonoh, tidak bermoral, telanjang, dan perkataan yang mendorong kebencian untuk ditonton di Pakistan".[]
Share: