
Ilustrasi | Foto: Kaspersky
Ilustrasi | Foto: Kaspersky
Cyberthreat.id - Territory Channel Manager SEA Kaspersky Lab Indonesia, Dony Koesmandarin, mengatakan Kaspersky mendeteksi dan memblokir 298.892 ransomware yang menyerang Indonesia selama semester pertama 2020.
Secara keseluruhan, Kaspersky berhasil mendeteksi dan memblokir 831.105 serangan ransomware di wilayah Asia Tenggara.
"Mayoritas target dari ransomware itu adalah level konsumen (39 persen) dan level enterprise (49 persen)," kata Donny dalam webinar bertajuk Ransomware in Indonesia, Rabu (2 September 2020).
Literasi keamanan terkait serangan ransomware maupun ancaman keamanan siber di Indonesia masih sangat minim. Jika suatu saat terjadi insiden di Indonesia, Donny sangat menyarankan korban ransomware jangan pernah membayar uang tebusan.
Terlebih, kata dia, sekitar 88 persen target adalah pengguna individu serta level organisasi dan perusahaan.
"Intinya, bagi korban ransomware jangan pernah membayar (tebusan). Jangan pernah bernegosiasi dengan mereka," ujarnya.
Uang tebusan ransomware ibarat angin segar bagi penjahat cyber. Dengan uang tersebut, para penjahat semakin bersemangat melakukan serangan, termasuk memodifikasi alat (tools) serangannya hingga melakukan berbagai survei dan riset.
"Kalau mereka enggak dibayar, mereka enggak dapat apa-apa. Karena prinsipnya mereka butuh uang kan. Itu sebabnya backup data itu benar-benar penting."
Ke depan, Donny menyebut ransomware sebagai tantangan besar bagi seluruh negara-negara. Teknologi dan taktik yang digunakan mungkin itu-itu saja dan secara tradisional hampir sama.
Sebut saja operasi phishing, serangan ransomware melalui web atau lewat attachment, sehingga tantangan terbesarnya berada di pengguna atau SDM.
"Mereka tidak akan pernah berhenti," tegas Donny.
"Cybercrime itu akan mencoba menginfeksi sebanyak mungkin target dan korban. Indonesia itu ancaman ransomware-nya tinggi karena ketidaktahuan. Dibilang jangan dibuka (file atau dokumen jahat), karena penasaran dibuka akhirnya kena. Jadi, awareness itu penting. Jangan kepo." []
Share: