
Layanan streaming televisi internet China, iQiyi. | Foto: Imaginechina via SCMP
Layanan streaming televisi internet China, iQiyi. | Foto: Imaginechina via SCMP
Cyberthreat.id – Pemerintah Taiwan akan menghentikan penjualan layanan streaming televisi internet China yang dioperasikan oleh iQiyi dan Tencent Holdings.
Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan mengatakan, pada Selasa (18 Agustus 2020) malam, aturan yang melarang perusahaan Taiwan sebagai agen penjualan untuk layanan streaming internet China mulai berlaku 3 September 2020.
Namun, Komisi Komunikasi Nasional Taiwan menegaskan tidak akan memblokir atau melarang mereka, demikian tulis Reuters, diakses Kamis (20 Agustus 2020).
"Orang-orang masih bisa menonton dan membayar langganan luar negeri," kata Wakil Kepala Komisi Komunikasi Nasional Taiwan Wong Po-Tsung seraya menambahkan bahwa pejabat akan memastikan hak pelanggan tidak terpengaruh.
Komisi tersebut memutuskan, pada Mei lalu, penyedia layanan televisi online China tidak akan mengiklankan layanan mereka di Taiwan.
Langkah Taiwan tersebut datang di saat perusahaan teknologi China juga dalam posisi terpojok di skala global. Amerika Serikat yang setahun terakhir perang dengan Huawei, baru-baru ini melarang bisnis AS bertransaksi dengan WeChat dan TikTok.
Sebelum AS mengeluarkan kebijakan itu, India pada akhir Juni 2020 lebih dulu memblokir 59 aplikasi China, termasuk TikTok, WeChat, dan Baidu menyusul konflik berdarah antara militer kedua negara di perbatasan Himalaya.
Menurut Asia Nikkei, selama ini iQiyi, layanan milik Baidu, dan Tencent Video masih bisa beroperasi di Taiwan lantaran bermitra dengan perusahaan lokal Taiwan. Sebelumnya, Taiwan menolak iQiyi mendirikan anak perusahaan di negara tersebut.
Pendek kata, aturan baru itu nantinya mencegah perusahaan lokal mendistribusikan konten video yang diproduksi oleh perusahaan China daratan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Taiwan menyusun aturan baru untuk mencegah perusahaan China bisa berkelit (mencari celah) dari larangan investasi di industri terbatas, seperti semikonduktor.
Taiwan juga sedang mempertimbangkan untuk “mendefinisikan kembali investasi Hong Kong sebagai investasi China” menyusul Undang-Undang Keamanan Nasional kontroversial yang diberlakukan pada Juli oleh Beijing di bekas koloni Inggris itu, tulis Asia Nikkei.
Tencent Video dan iQiyi menawarkan layanan yang mirip dengan Netflix. Mereka mengalirkan konten berlisensi dan juga memproduksi acara televisi dan film orisinal yang menjadi populer di kalangan penonton berbahasa Mandarin, tulis CNN.
Dalam laporan pendapatan pekan lalu lalu, Tencent mengatakan layanan videonya memiliki 114 juta pelanggan dan iQiyi melaporkan hampir 105 juta. Sebagian besar pelanggan tersebut berada di daratan China, tulis CNN.
Tanggapan perusahaan
Sementara, iQiyi mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh unit iQiyi International, mereka memperhatikan situasi dan mengatakan seharusnya hal itu "tidak menjadi target khusus undang-undang".
"Kami ingin melihat departemen pemerintah Taiwan yang terlibat mengakui manfaat dari ekonomi pasar terbuka," tutur perusahaan, seperti dikutip dari Reuters.
Tencent, yang menjalankan Tencent Video, menolak berkomentar.
Taiwan selama ini menyediakan internet gratis, tidak seperti China yang memblokir situs-situs seperti Google, Facebook, dan Twitter. Taiwan juga tidak melarang akses ke aplikasi China populer seperti WeChat atau Baidu.
Sementara, China tidak mengizinkan perusahaan Taiwan menawarkan layanan streaming televisi internet.
Kritik pengguna
Layanan iQiyi dan Tencent Video populer di kalangan pemirsa Taiwan dan keputusan untuk “memblokir” konten mereka mendapat kritik dari sebagian pengguna.
"Jika menonton konten di iQiyi berisiko dicuci otaknya, bagaimana dengan menonton drama China di YouTube Premium?" kata Connie Liu, manajer produk di Taipei yang berlangganan layanan iQiyi hingga 2022.
"Saya pikir pemerintah harus menyusun aturan baru untuk mengatur operator platform [streaming] China daripada hanya mengusir mereka dari Taiwan," kata dia.
Zoie Hu, manajer di teater seni yang berbasis di Taipei, juga mengatakan senada.
Hu mengetahui bahwa iQiyi beroperasi di wilayah abu-abu legal, tetapi dia memutuskan untuk tetap berlangganan layanan streaming karena menyediakan antarmuka yang ramah pengguna dan hiburan terbaru yang populer.
"Jika alasan di balik langkah pemerintah adalah ketakutan akan budaya pop China mempengaruhi generasi muda di Taiwan, Anda harus memikirkan kembali secara serius mengapa budaya pop Taiwan tidak lagi memiliki keunggulan," kata Hu.
Dengan populasi sekitar 23 juta orang, "Taiwan adalah pasar yang sangat kecil," kata Martin Bao, analis yang mengkhususkan diri pada perusahaan internet China di ICBC International.[]
Share: