
Ilustrasi.
Ilustrasi.
Jakarta,Cyberthreat.id - Amerika Serikat dan China tak hanya bersaing dalam soal ekonomi saja hingga terjadi perang dagang, bahkan aksi para peretas mereka di dunia maya pun menempatkan posisi teratas. Fakta itu terdeteksi dari trafik server yang dipakai peretas. AS mendominasi sekitar 20% trafik, lalu China 14%.
Tentu lokasi server tidak otomatis langsung menunjuk asal negara si peretas. Setiaknya fakta itulah yang ditemukan Dimension Data, perusahaan integrator teknologi global dan penyedia layanan terkelola untuk IT hibrida.
“Kalau di Asia Pasific yang paling banyak menyerang dari AS, itu dari sisi trafik. Tetapi bukan berarti penjahatnya dari Amerika,” kata Hendra Lesmana, Presiden Direktur Dimension Data di Jakarta, Selasa (18/6/201).
Selain AS, lanjut Hendra, pihaknya juga menemukan metode Brute-Force Attack atau kombinasi kata sandi kerap digunakan untuk mengecoh para korban. Hal tersebut dilakukan melalui server yang berbasis di China, dengan persentase sebesar 14%.
“Nomor dua tentu saja dari China, 14 persen serangan dari China. Bentuknya Brute-Force Attack jadi coba kata sandi dengan segala macam kombinasi misal 12345678,” ujar Hendra.
Tidak hanya itu, menurut laporan Dimension Data, Jepang menduduki peringkat ketiga dengan 8%, diikuti Thailand 5% dan Belanda 5%.
Hendra juga mengungkapkan, sebagian peretas terdeteksi menggunakan data Internet of Things (IoT) dari Mesir yang tengah gencar membangun infrastruktur tetapi tidak menaruh perhatian terhadap sistem keamanan.
“Menggunakan IoT misalnya sedang bangun gedung baru, otomatis pasang CCTV yang pakai kabel data. Aspek keamanan tidak diperhitungkan dengan benar, itu bisa dibajak,” ungkap Hendra.
Lebih jauh, berdasarkan temuan-temuan eksklusif Dimension Data yang disarikan ke dalam “Panduan eksekutif untuk laporan intelijen ancaman siber global 2019 yang dikeluarkan oleh NTT security”.
Disebutkan, secara global rata-rata tingkat kematangan keamanan siber berada pada posisi yang mengkhawatirkan yaitu jika dinilai 1,45 dari 5 peringkat yang ditentukan dengan pendekatan keamanan siber secara menyeluruh di organisasi melalui proses, metrik, dan perspektif strategis. Hal ini terjadi di saat kerentanan keamanan juga melonjak ke rekor tertinggi (naik 12,5% dari 2017).
Neville Burdan, General Manager Cybersecurity Dimension Data mengungkapkan, sektor keuangan (1,71) dan teknologi (1,66) memiliki peringkat kematangan tertinggi dari sektor lainnya.
Latar belakangnya didorong oleh posisi mereka yang tidak menyenangkan sebagai industri yang paling sering dijadikan target sasaran serangan siber. Masing-masing mendapatkan 17% dari semua serangan yang dicatat dalam 2018.
“Saat ini telah ada beberapa perkembangan yang menarik mengenai ancaman terprediktif dalam lingkup intelijen, dengan tingkat kolaborasi baru dan keterlibatan di seluruh rantai keamanan siber," kata Neville Burdan.
"Terlebih lagi, adanya dukungan dari industri yang paling sering dijadikan target, karena mereka yang paling mungkin mencari bantuan untuk mengembangkan strategi mereka dan membangun program keamanan mereka. Hal ini merupakan pertanda baik bagi perusahaan yang ingin mencapai tingkat keamanan yang tinggi dalam dunia maya." []
Share: