
Ilustrasi via Getty Images
Ilustrasi via Getty Images
Cyberthreat.id - Facebook mengatakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berperan penting untuk meninjau konten-konten yang beredar di platformnya.
AI, kata Facebook, membantunya dalam tiga bidang utama. Pertama adalah pendeteksian konten secara proaktif. Menurut Facebook, teknologi AI telah dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat mendeteksi pelanggaran di berbagai area tanpa perlu laporan dari para pengguna lainnya.
"Ini membantu kami mendeteksi konten berbahaya dan mencegahnya dilihat oleh ratusan atau ribuan orang," kata Facebook dalam posting blog diakses pada, Kamis (13 Agustus 2020).
Kemudian, AI juga membantu Facebook dalam skala peninjauan konten yang lebih luas. Terlebih, sistem berbasis AI Facebook bisa mengambil keputusan sendiri pada konten yang sangat mungkin melanggar kebijakannya.
"Ini membantu membantu menskalakan keputusan konten tanpa mengorbankan keakuratan, sehingga peninjauan kami dapat fokus pada keputusan yang memerlukan lebih banyak keahlian untuk memahami konteks dan nuansa situasi tertentu," ujar Facebook.
Otomatisasi AI juga membantu tim untuk mengambil tindakan pada laporan yang identik. Sehingga, tim internal Facebook tidak perlu menghabiskan waktu untuk meninjau laporan tersebut.
Sistem tersebut, kata Facebook, menjadi sangat penting selama pandemi Covid-19 lantaran para karyawan yang meninjau konten sebagian besar bekerja jarak jauh.
Ada pun AI untuk fungsi prioritas, dimana teknologi AI akan memprioritaskan konten paling penting untuk ditinjau oleh tim. Itu didasari oleh laporan konten atau pendeteksian konten secara proaktif, namun tidak bisa diputuskan oleh AI karena memerlukan wawasan lebih luas.
"Jika sistem kami hampir yakin bahwa konten melanggar aturan kami, sistem dapat menghapusnya. Jika kurang ada kepastian, maka akan memprioritaskan konten untuk ditinjau oleh tim," papar Facebook.
Namun, Facebook sendiri masih menjadi salah satu sarang tempat beredarnya hoaks dan disinformasi, termasuk topik Covid-19.
Hingga Jumat (5 Juni 2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengidentifikasi sebanyak 815 isu hoaks dan disinformasi terkait virus Corona yang tersebar di empat platform media sosial populer di Tanah Air yakni Instagram, Twitter, YouTube dan Facebook.
Kendati begitu, setiap sistem tidak ada yang sempurna. AI pun sangat mengandalkan data pelatihan dari peninjauan yang telah dilakukan oleh tim sebelumnya untuk mengidentifikasi pola perilaku dan menemukan konten yang berpotensi melanggar.
"Itulah mengapa sistem peninjauan konten kami membutuhkan orang dan teknologi agar berhasil ... Kami akan terus berupaya membuat platform kami seaman mungkin dengan menggabungkan kekuatan manusia dan teknologi untuk menemukan dan menghapus konten yang melanggar secara lebih cepat," tambah Facebook.[]
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: