IND | ENG
Riset F5 Networks: Data Breach Tidak Mempengaruhi Penggunaan Aplikasi

Ilustrasi | Foto: Ist

Riset F5 Networks: Data Breach Tidak Mempengaruhi Penggunaan Aplikasi
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Kamis, 13 Agustus 2020 - 06:22 WIB

Cyberthreat.id - Riset terbaru F5 Networks bersama Kantar menyatakan 96 persen pengguna/konsumen akan tetap menggunakan sebuah aplikasi meskipun aplikasi tersebut mengalami insiden pelanggaran data. Konsumen dinilai lebih mengutamakan kenyamanan ketimbang keamanan.

Studi dirilis dalam laporan bertajuk "Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox" menyatakan, meskipun diberitakan sebuah aplikasi menghadapi masalah pelanggaran data atau pembobolan secara masif, ternyata insiden itu tidak berpengaruh besar.

Meski demikian, sebanyak 43% pengguna/konsumen berharap penyedia layanan aplikasi melindungi data mereka. Fakta lain adalah 70% responden tidak ragu membagikan data pribadi di aplikasi demi kenyamanan saat menggunakannya.

Studi dilakukan pada 25 Maret hingga 13 April 2020 yang diambil secara online melibatkan 4.107 responden dari delapan negara: Australia, China, India, Indonesia, Hong Kong, Jepang, Singapura, dan Taiwan. Riset dilakukan kepada seluruh kelompok usia dan jenis kelamin dimana pada peserta menggunakan tablet atau smartphone selama empat pekan menjelang survei.

Principal Security Advisor APCJ F5 Networks, Shahnawaz Backer, mengatakan penelitian ini menyelidiki lebih dalam implikasi jangka menengah hingga jangka panjang tentang arti perilaku konsumen bagi organisasi/perusahaan, mengingat peristiwa global terkini seka memberikan rekomendasi untuk Code to Customer Journey yang lebih aman.

"Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi terus bertumbuh di semua kategori sejak tahun 2018," kata Backer.

Aplikasi hiburan dan media sosial mengalami lonjakan pertumbuhan terbesar, masing-masing sebesar 11 persen dan 7 persen. Dan, 95 persen responden menilai aplikasi media sosial sebagai yang paling penting untuk kehidupan sehari-hari, dimana 66 persen pengguna menggunakan aplikasi populer seperti Facebook, Twitter atau TikTok.

Berdasarkan pertumbuhan aplikasi yang berhasil dipetakan dari hasil penelitian, terdapat tiga perubahan mendasar dalam sikap pengguna/konsumen terhadap privasi dan kenyamanan yang berimplikasi pada bisnis: 

1. Pelanggaran data tidak mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap aplikasi tersebut

Selama bertahun-tahun, berita tentang pelanggaran data dan serangan cyber terus menyebar ke seluruh dunia, dengan setiap kasus lebih menjadi semakin canggih.

Pelanggaran keamanan cyber sebenarnya memicu kekhawatiran pelanggan, tetapi organisasi/perusahaan terus berusaha keras untuk meminimalkan kerusakan atau mencegah insiden lebih lanjut.

Hanya 4 persen peserta yang berhenti menggunakan sebuah aplikasi sebagai akibat dari insiden pelanggaran.

Selain itu, 27 persen responden menunjukkan bahwa mereka tidak menyadari terjadinya sebuah pelanggaran meskipun ada serangan yang dipublikasikan memengaruhi organisasi pemerintah atau merusak aplikasi yang sangat berguna.

2. Keamanan data dan pengalaman pengguna menentukan nilai aplikasi

Secara keseluruhan, pengguna menilai keamanan sebagai fitur terpenting dalam suatu aplikasi. Aplikasi perbankan (63 persen) terkumpul tingkat kepercayaan tertinggi, diikuti oleh utilitas dan layanan pemerintah (57 persen), dan e-Commerce (47 persen).

Karena dunia semakin bergantung pada perangkat dan aplikasi seluler, organisasi/perusahaan harus terus mengutamakan kepercayaan pengguna. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh pengalaman, perlindungan keamanan, dan privasi bagi pengguna.

3. Pengguna juga memiliki tanggung jawab atas data mereka yang ada di pihak lain

Mayoritas responden di Asia Pasifik bersedia membagikan dan menyimpan data pribadi pada aplikasi. Perubahan kebiasaan digital pengguna telah membuat banyak sistem dan data pengguna terekspos. Fakta inilah yang menekan pemerintah di berbagai negara untuk memperkuat kerangka keamanan cyber dan semakin memperketat peraturan serta kebijakan kepatuhan. []

Redaktur: Arif Rahman

#Pelindungankonsumen   #ekonomidigital   #aplikasi   #pelanggarandata   #Malware   #ransomware   #sektorfinansial   #mediasosial

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Awas, Serangan Phishing Baru Kirimkan Keylogger yang Disamarkan sebagai Bank Payment Notice
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Malware Manfaatkan Plugin WordPress Popup Builder untuk Menginfeksi 3.900+ Situs