
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Ketua umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi mengatakan siap beradaptasi dengan tatanan normal baru (new normal) terutama dalam upaya menyalurkan pinjaman ke masyarakat di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Digitalisasi, kata dia, akan menjadi tren industri di era normal baru pasca pandemi Covid-19.
"Industri fintech pendanaan bersama memiliki kemampuan beradaptasi sebagai DNA seluruh perusahaan menghadapi situasi dampak pandemi Covid-19," kata Adrian Gunadi dalam siaran pers, Selasa (30 Juni 2020).
AFPI mengklaim telah memiliki kerjasama yang baik antara fintech pendanaan bersama dengan layanan keuangan konvensional. Kolaborasi, kata Adrian, berjalan efektif dan tepat sasaran melalui beberapa program seperti channeling dan melakukan
assessment terhadap credit scoring atau alternative scoring yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Data AFPI mencatat terjadi peningkatan signifikan dalam penyaluran pinjaman dari seluruh anggota AFPI kepada masyarakat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020, akumulasi penyaluran pinjaman Fintech P2P Lending (fintech pendanaan bersama) naik 186,54% menjadi Rp 106,6 triliun dari posisi periode yang sama tahun lalu.
Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK, Tris Yulianta, mengingatkan AFPI juga bertanggung jawab dalam memberi edukasi berkelanjutan kepada anggotanya maupun masyarakat. Misalnya mengenai biaya maksimum 0,8% perhari, terkait pencantuman emergency call penagihan agar diberikan pembatasan yang jelas dalam code of conduct dan dijalankan oleh semua penyelenggara.
"AFPI diharapkan dapat berkontribusi secara optimal menjadi jembatan antara platform penyelenggara dengan regulator," ujar Tris.
Dewan Penasehat AFPI, Chatib Basri, menyampaikan bahwa perilaku masyarakat di era New Normal berubah dan mengarah ke digital. Kondisi ini merupakan kesempatan emas bagi industri fintech pendanaan bersama untuk mengambil pasar. Hal ini didukung dengan adanya keunggulan komparatif yang dimiliki industri berbasis teknologi.
Namun, ia mengingatkan industri AFPI harus memiliki daya tahan yang panjang karena proses pemulihan di industri keuangan kemungkinan baru bisa terjadi di pertengahan tahun 2021 atau bisa lebih lama.
"Proses tersebut terjadi di seluruh dunia dan berimplikasi juga ke industri fintech pendanaan bersama. Perusahaan fintech pendanaan bersama harus punya amunisi yang kuat serta memerlukan strategi untuk bisa memiliki nafas panjang," ujar Chatib Basri.
Dari operasional bisnis, Ketua Harian AFPI Kuseryansyah, mengatakan selama masa pandemi Covid-19 memang terjadi penurunan di hampir sebagian besar platform penyelenggara fintech pendanaan bersama.
Namun, ada beberapa sektor yang terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan. Misalnya distribusi pada sektor healthcare seperti UMKM farmasi, obat-obatan, dan alat pendukung kesehatan. Begitu juga sektor yang terkait distribusi pangan, produk agrikultur, makanan kemasan, yang semuanya memiliki perkembangan positif.
"Dimasa wabah Covid-19 ini, ada kabar gembira dari beberapa platform yang tetap mencatatkan pertumbuhan pencairan. Dengan kekuatan inovasi produk dan adaptasi dari Artificial Intelligence (untuk credit scoring) dalam pengelolaan risiko, mereka masih mencatatkan pertumbuhan spektakuler hingga lebih dari 100%. Tentu saja, hal tersebut dimungkinkan karena dukungan dari lender (pemberi pinjaman) mereka baik institusional maupun individual," ujar Kuseryansyah.[]
Share: