Cyberthreat.id – Kepolisian India menyatakan terjadi upaya serangan siber dalam jumlah besar pada pekan lalu antara Selasa-Jumat (16-19 Juni 2020).

Jumlah serangan tercatat mencapai 40.300 kali yang menargetkan sektor layanan publik di New Delhi dan Mumbai, seperti perbankan, infrastruktur, dan layanan informasi. Kepolisian India menuding operasi serangan tersebut berasal dari China, tulis Economic Times diakses Selasa (23 Juni).

Meski upaya peretasan tidak sampai membuat kerusakan nyata, menurut kepolisian, serangan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Yashasvi Yadav, Inspektur Jenderal Khusus Kepolisian Maharashtra di Mumbai, mengatakan, terjadi lonjakan besar upaya peretasan oleh entitas yang diduga beroperasi di China. “Mereka terfokus di Provinsi Sichuan, China,” kata dia.

“Sichuan kebetulan adalah markas besar sayap perang siber Tentara Pembebasan Rakyat China (People’s Liberation Army of China),” ia menambahkan.

"Tapi, kami belum tahu apakah peretasan dilakukan oleh individu atau entitas yang didukung negara atau bukan.”

Menurut Yadav, serangan siber itu terdiri atas dua jenis yaitu serangan Distributetd Denial of Service (DDos) dan pembajakan protokol internet (Internet Protocol hijacking).

DDoS adalah bentuk serangan yang mencoba melumpuhkan situs web dengan lalu lintas kunjungan palsu; biasanya dilakukan oleh botnet. Sementara serangan yang kedua berupa upaya mengalihkan lalu lintas internet dari target.

Dalam serangan kedua tersebut, peretas berupaya merutekan lalu lintas internet target/korban melalui China untuk tujuan pengawasan.

Kepolisian India saat ini masih menyelidiki apakah serangan tersebut ada kaitannya dengan konflik perbatasan antara tentara India dan China.

Medio Juni ini, hubungan kedua negara tetangga itu panas dipicu oleh perkelahian antara tentara India dan China di perbatasan Himalaya. Ini konflik pertama berkaitan militer sejak perang kedua negara berakhir pada 1975.[]